Pada
hakikatnya tugas utama seorang nabi dan rasul adalah menyampaikan risalah Tuhan
kepada manusia. Melalui nabi, pesan-pesan tersebut disampaikan kepada manusia
agar mengikuti jalan yang telah ditetapkan Tuhan.
Dalam
Islam telah ditetapkan seorang nabi terakhir yang menerima wahyu Tuhan dan
menyampaikannya, yakni Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi Muhammad wafat, tugas berdakwah
diteruskan oleh pengikutnya.
Tugas-tugas
kenabian tersebut coba dimanifestasikan ke dalam ranah jurnalistik melalui
jurnalisme profetik. Sifat-sifat kenabian dalam menyampaikan pesan dakwah menjadi
tolok ukurnya.
Namun,
menurut Wartawan Harian Kompas Ilham Khoiri, profetik terlalu sakral jika
disematkan ke dalam jurnalisme. Sementara kerja jurnalistik itu bersifat profan
atau bersifat duniawi.
“Istilah
mencerahkan lebih realistis ketimbang profetik yang terlalu berat untuk
dibebankan kepada pers sebagai institusi yang sekuler,” kata Ilham saat
menyampaikan materinya dalam seminar jurnalistik Menuju Generasi Jurnalis Kreatif Dan Profetik: Menakar Paradigma
Jurnalistik Baru, Tangerang Selatan, Senin (10/11/2014).
Memahami
profetik, lanjut Ilham, sebagai himbauan agar kegiatan jurnalistik kembali
kepada misi pencerahan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ilham
menjelaskan tiga poin penting dalam misi pencerahan. Pertama, mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju pencerahan. Kedua, sebagai upaya untuk
humanisasi, yaitu mendidik harkat dan martabat manusia. ketiga, sebagai upaya
liberasi, yaitu membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan
ketidakadilan.
Kemudian,
soal pencerahan sebagai bagian dari profetik juga dijelaskan Mauluddin Anwar,
wartawan stasiun televisi swasta SCTV. Menurutnya, setelah pencerahan, kegiatan
jurnalistik juga harus memberdayakan orang-orang yang termarginalkan. “Orang-orang
tersebut adalah mereka yang terpinggirkan oleh sistem negara maupun
lingkungannya,” jelas Mauluddin.
Bagi
Mauluddin memberdayakan atau mengadvokasi orang-orang yang lemah sudah termasuk
profetik. Untuk itu, kata Mauluddin, pemberdayaan harus dipraktikkan dalam
kegiatan jurnalistik.
Untuk
menerapkan misi pencerahan, kegiatan jurnalistik selalu terganjal oleh berbagai
kepentingan. “Dunia media tak sepenuhnya berlaku idealis. Ada kepentingan
pelaku industri yang memaksa wartawan
untuk bersikap pragmatis,” tambah Ilham Khoiri di akhir materinya.
Seminar
nasional yang diadakan oleh Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menghadirkan empat pembicara, yaitu Ilham Khoiri (Kompas), Asrori S
Karni (Gatra), Mauluddin Anwar (SCTV), dan Anas Saidi (LIPI). Selain itu, Dekan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi berserta jajarannya juga menghadiri
acara ini. (KR/Rheza Alfian)
0 Komentar