Wihara di Desa Karangturi
Memelihara toleransi antarumat beragama, etnis, dan budaya di Indonesia
tidaklah sulit. Kita hanya perlu lakukan apa yang sudah dicontohkan oleh nenek
moyang kita. Setidaknya itulah yang dikatakan Gus Zaim, pengasuh Pondok
Pesantren Kauman, Desa Karangturi, Lasem, Jawa Tengah.
Desa Karangturi merupakan refleksi dari toleransi. Bangunan khas China dan
budaya masyarakat jawa membaur menjadi satu. Pondok Pesantren Kauman salah
satunya, pesantren ini berdiri dan hidup berdampingan di tengah kampung pecinan
Desa Karangturi, Lasem.
Gerbang pintu pesantren tersebut contohnya, pintu besar berwarna hijau
dengan dua ukiran kalimat China menjadi hal yang menarik perhatian. Gus Zaim
mengatakan, arti dari kedua kalimat itu masalah "panjang umur setinggi
gunung" dan "luas rezeki sedalam lautan."
Selain itu, Desa yang terletak di Kota Rembang ini juga memiliki tempat
beribadah bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia. Masjid, Gereja, Klenteng,
dan Wihara yang berdiri di desa ini seolah menegaskan bahwa perbedaan tak
menjadi kendala untuk hidup rukun.
Melalui arsitektur di desa ini, kita bisa melihat perpaduan beragam budaya,
agama, dan ras menjadi indah. Kuncinya yaitu hidup saling membantu dan satu
tujuan menuju kebaikan.
Desa Karangturi mengajarkan bahwa perbedaan tidak menjadi pembatas di dalam
kehidupan sosial masyarakat. Bisa dibilang desa ini adalah ikon toleransi di
Indonesia. Beragam agama, etnis dan budaya bisa hidup saling menebar senyum
tanpa memandang minoritas atau mayoritas, pun pribumi dan non pribumi.
0 Komentar