Ramadan telah
berakhir, lebaran yaitu momen yang paling ditunggu-tunggu seluruh mahasiswa.
Jelang hari raya Idul Fitri, tidak sedikit mahasiswa yang kebingungan
dikarenakan kekurangan dana untuk pulang ke kampung halaman. Kalaupun dana
tersedia, ada saja kendala seperti kehabisan tiket transportasi, hingga harga
tiket yang menjulang ke langit, atau masih ada saja keperluan yang harus
diselesaikan.
Heyam (24) Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta asal Yaman mengatakan senang menjalankan ibadah
puasa Ramadan di Indonesia. “Puasa di Indonesia its nice, but the food there is better,” katanya.
Menjelang lebaran,
Hayem mengaku tidak dapat pulang ke negara asalnya karena faktor ekonomi. “Saya
tidak bisa merayakan Idul Fitri di Yaman karena tiket pesawat yang
mahal, and I will stay here,”
ujarnya.
Fatimah (23) mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum asal Timor
Leste mengatakan tidak mempermasalahkan Ramadan di Indonesia. “Saya rasa
puasa di Indonesia lebih baik dari puasa di negara saya, karena disini
mayoritas muslim dan cobaannya tidak terlalu banyak, saya rasa puasa di sini
menyenangkan,” katanya. Namun Fatimah juga mengaku rindu berpuasa di kampung
halamannya, selain itu masalah jarak dan waktu juga yang menjadi masalah
mengapa ia tidak dapat pulang ke kampung halaman saat lebaran.
“Rindu ingin
puasa dan buka bersama keluarga itu selalu ada, sebenarnya masalahnya hanya
sederhana, jarak dan waktu saja untuk pulang,” ujarnya.
Lain halnya dengan Hanim (23), mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi asal Malaysia, ia mengaku tidak memiliki kendala saat
ingin pulang ke kampung halaman. “Hari Jumat pulang ke Malaysia,
soalnya UAS sudah selesai sejak hari rabu,” ungkapnya.
Hanim hanya mengeluhkan
cuaca yang panas di Indonesia saat bulan Ramadan tiba. “Cuacanya beda dengan di Malaysia, lebih panas di Indonesia jadinya
cepat haus,” katanya.
(Yustika)
0 Komentar