![]() |
Journoliberta/Yesi |
1
Mei merupakan peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day. Jakarta
menjadi salah satu kota penyelenggaraan May Day terbesar di Indonesia. Aksi May Day di Jakarta berupa long march
dan orasi atas tuntutan kesejahteraan buruh tahun ini melibatkan 150 ribu buruh
se-Jabodetabek, Serang, Karawang, dan Purwakarta.
Aksi
dimulai dari Patung Kuda Arjuna Wiwaha pada pukul 10.00 pagi dan dilanjutkan long
march menuju Istana Negara untuk pembacaan Panca Maklumat Rakyat Pekerja
yang diusung oleh Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI). Panca Maklumat
adalah lima tuntutan utama buruh Indonesia secara keseluruhan pada tahun ini.
Ketua
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, pada konferensi pers
menjelaskan Tritura Plus atau tuntutan yang disuarakan buruh tahun ini. Said
menjabarkan pertama turunkan harga beras, listrik, dan bbm. Kedua, tolak upah
murah dengan mencabut Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2015. Ketiga, tolak Tenaga Kerja Asing buruh kasar Cina dengan mencabut Peraturan Presiden nomer 20
tahun 2018. Dan Plus pada tuntutan ini, hapus outsourching serta
pilihlah presiden yang pro buruh.
Masih
terkait dengan penjabaran tuntutan buruh tahun ini, Said juga menolak himbauan
Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dzakiri tentang upaya mewujudkan May Day
Fun Day. “Masyarakat jangan takut dan khawatir, karena ini adalah aksi
damai. Jadi silahkan masyarakat melakukan aktivitasnya. Tapi ingat May Day
is not fun day, May Day is not holiday, May Day adalah struggling,
May Day adalah perjuangan kelas buruh untuk menyampaikan isu-isunya,” tegasnya.
Penolakan
May Day Fun Day ini tak hanya diungkapkan KSPI yang diwakili oleh Said Iqbal,
mayoritas serikat buruh lainnya pun menolak upaya ini. Seperti pernyataan Presiden
Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia (FSPASI)
Herry Hermawan, upaya menggiring buruh untuk bersenang-senang dengan menyuguhkan
pentas hiburan dan karnaval seakan-akan pemerintah lari dari tanggung jawab
sesungguhnya sebagai pemegang amanah rakyat.
Hal
serupa juga diungkapkan oleh Federasi Serikat Metal PT. Highlight Indonesia. “May
Day tidak bisa dijadikan fun day, tapi kita harus turun ke jalan karena
perubahan harus diperjuangkan. May Day is not holiday,” ungkap Bung
Cohang, koordinator buruh.
Lantas,
upaya yang digaungkan Menaker beberapa hari sebelum peringatan May Day memang
tidak mendapat respon baik kaum buruh dalam aksi dan orasi pada 1 Mei kemarin.
Bagi para buruh, menyuarakan hak dalam bentuk aksi dan orasi adalah hal utama
yang harus dilakukan saat memperingati May Day.
(Siti Masyithoh dan Iin Inayatun)
0 Komentar