![]() |
Journoliberta/Kania |
Sejarah International Hijab Solidarity Day (IHSD)
dilatarbelakangi oleh keputusan pemerintah London yang melarang mahasiswa
untuk memakai simbol–simbol keagamaan termasuk hijab. Hal ini
juga dilakukan oleh pemerintah Prancis yang melarang anak perempuan menggunakan
jilbab di sekolah maupun kuliah. Belum lagi di beberapa negara seperti Turki
misalnya, wanita yang mengenakan hijab tidak boleh mendapatkan perawatan medis.
Berbeda
dengan kasus yang terjadi di Tunisia, wanita yang berjilbab di tempat umum akan
dipenjara dan disiksa. Inilah yang memicu aksi protes menentang peraturan
tersebut. Hingga akhirnya diadakan konferensi London pada 4
september 2004.
Konferensi ini dihadiri 300 delegasi dari 102 organisasi di Inggris dan 35 negara lainnya. Hasil
pertemuan tersebut menghasilkan dukungan kepada para muslimah dan akhirnya
mengizinkan wanita untuk berhijab di tempat umum. Sejak keputusan itu dibuat, 4 September ditetapkan sebagai International
Hijab Solidarity Day (IHSD) atau Hari Solidaritas Hijab Dunia.
Dalam
rangka memperingati International Hijab Solidarity Day (IHSD), Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
mengadakan longmarch untuk mengkampanyekan IHSD dengan cara membagikan hijab syar’i
kepada mahasiswi UIN Jakarta. Longmarch diadakan di Kampus 1 dan Kampus
2 pada Rabu (26/9/2018).
Aksi
longmarch di Kampus 2 UIN Jakarta berlangsung pukul 13.00-15.00 WIB,
sementara Kampus 1 pukul 16.00-17.30 WIB . “Jilbab sendiri donasi dari anak LDK
dan alumni, peserta longmarch ini khusus mahasiswi UIN, ” ujar ketua
pelaksana, Ahidatun Nikmah.
Nikmah
mengungkapkan jika LDK UIN Jakarta baru mengadakan acara ini pada 26 September
dikarenakan persiapan yang tergolong singkat. “Tujuan diadakan acara ini ialah agar
muslimah UIN Jakarta itu mereka lebih bisa percaya diri untuk menggunakan
hijab, terutama hijab syar’i, karena hijab
syar’i itu bukan berarti tanda dia
memang sudah taat, tapi bisa jadi hijab syar’i
adalah penanda dia siap untuk taat,” lanjutnya.
Acara
ini berlangsung dengan lancar dan mendapat respon baik dari mahasiswi. Banyak
dari mereka yang menerima jilbab yang diberikan. Namun ada pula yang menolak
menerima hijab dan hanya menerima sticker
yang dibagikan.
Lebih
lanjut, Nikmah mengatakan jika pesan dari diadakannya acara ini ialah untuk
memberi dukungan mahasisiwi UIN Jakarta agar tetap istiqomah memakai hijab,
terutama hijab syar’i. “Syar’i disini berarti jilbab yang menutup
aurat, longgar, berbahan tebal, sederhana, tidak menyerupai laki-laki dan tidak
seperti punuk unta,” terangnya.
Salah
satu mahasiswi yang mengikuti acara, Melly, menilai positif longmarch ini. Ia berharap ke depannya IHSD dapat secara rutin diperingati. “Senang sekali dengan adanya acara
ini, semoga berkah,” ucapnya.
Mahasiswi
lain yang juga mengikuti longmarch,
Mayang, juga menyambut baik. Ia mengapresiasi mahasiswi-mahasiswi yang
mengkapanyekan hijab syar’i. “Banyak kalangan mahasiswi yang
menyambut acara ini dengan senang hati karena pembagian hijab secara gratis,”
tanggapnya.
(Kania)
0 Komentar