![]() |
Journoliberta/Alifia |
Muhammad Adzina Al Usmani mahasiswa Program Studi
(Prodi) Jurnalistik 2018 terkejut ketika Journo Liberta melakukan konfirmasi
data yang kami peroleh dari Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
(Pustipanda). Namanya tercantum dalam daftar mahasiswa penyandang disabilitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adzina menyesalkan data tersebut tidak
dikonfirmasi lagi oleh pihak kampus agar tidak terjadi kerancuan. Ia
juga merasa tidak pernah mengisi keterangan berkebutuhan khusus.
Journo Liberta berhasil mendapatkan data dari
Pustipanda terkait jumlah mahasiswa berkebutuhan khusus di UIN Jakarta dalam
rentang 2014-2018 (22/9/2018). Tercatat 32 mahasiswa berkebutuhan khusus di UIN
(24 aktif, 6 lulus, 1 drop out dan 1 tidak aktif). Kami mencoba mengkonfirmasi
24 mahasiswa aktif yang dalam keterangan berkebutuhan khusus antara lain; tuna
netra (13), tuna grahita ringan (1), tuna netra tuna rungu tuna grahita (2),
kesulitan belajar (2), hiper aktif (1), indigo (1), bakat istimewa (3), cerdas
istimewa (1).
Sebanyak 13 mahasiswa yang dinyatakan sebagai penyandang
tuna netra berhasil kami temui dengan kondisi normal, tidak sesuai dengan data
Pustipanda.
Support & IT Pustipanda,
Abdullah, yang kami temui berdalih data yang dikeluarkan berasal dari Academic
Information System (AIS) yang diisi sendiri oleh setiap mahasiswa UIN
Jakarta.
“Data yang kita keluarkan berdasarkan isian AIS dari
masing-masing mahasiswa, jadi kalau ternyata mahasiswa tidak difabel, mahasiswa
harus segera merubah memperbaiki biodatanya,” ungkap Abdullah.
Ketua Center for Student with Special Needs, Arief
Subhan, mengakui adanya masalah dalam pendataan mahasiswa berkebutuhan khusus.
CSSN sendiri juga mengambil data dari Pustipanda dan belum melakukan
verifikasi.
“Kalau dari Pustipanda tidak ada verifikasi langsung
kepada mahasiswa ya, kita hanya support data saja ke lembaga atau ke
unit yang membutuhkan datanya, contohnya sekarang ada CSSN,” papar Abdullah.
Selanjutnya Arief Subhan berjanji akan melakukan
pendataan ulang. “Nanti kita akan melakukan pendataan dengan dekan, kita kirim
surat ke dekan untuk pendataan mahasiswa disabilitas,” ujarnya.
![]() |
Journoliberta/Crusita |
Di sisi lain salah satu mahasiswa berkebutuhan khusus,
Rayhan Naufaldi Hidayat, menyayangkan data yang keluar dari Pustipanda tidak
terdapat namanya. Menurutnya data tersebut penting untuk mengembangkan
fasilitas ataupun memberikan kemudahan dari universitas untuk mahasiswa
difabel.
“Saya berharap himpunan mahasiswa program studi dan
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) itu dilibatkan dalam proses pendataan itu,
karena dia lebih dekat dengan kita. Terus terang orang-orang seperti saya ini kan
lebih kepada out of the loop seperti tidak tau apa-apa,” ungkap
mahasiswa Prodi Ilmu Hukum tersebut.
Menurut Abdullah data mahasiswa disabilitas ini tidak
bisa dianggap remeh, karena merupakan salah satu instrumen penilaian untuk
akreditasi. “Apalagi kalau akreditasinya standar internasional itu harus wajib
(data mahasiswa disabilitas) ada, sangat kita harapkan data itu diisi dengan
benar,” imbuhnya.
Baca juga : Setengah Hati UIN Jakarta Wujudkan Kampus Ramah Disabilitas
Baca juga : Menanti Fasilitas untuk Disabilitas
Baca juga : Unit Layanan Disabilitas UIN Jakarta: Antara Ada dan Tiada
0 Komentar