Journoliberta/Alifia |
Salah satu agenda dalam Pemilihan Umum
Raya (Pemira) yang saat ini berganti nama menjadi Musyawarah Mahasiswa yaitu debat,
telah dilaksanakan. Acara ini diselenggarakan pada Jumat, 15 Maret 2019 bertempat
di Hall Student Center (SC) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Debat yang mulanya dijadwalkan berlangsung pada pukul
14.00 pelaksanaannya molor dan baru dimulai pada pukul 15.50. Keterlambatan ini
disebabkan beberapa hal teknis salah satunya kedatangan paslon yang juga tidak
sesuai jadwal.
Pada sesi debat ini diikuti oleh dua
pasangan calon (paslon) Ketua Dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa tingkat
universitas (DEMA-U). Paslon nomor urut satu atas nama Ahmad Hudori dan Zainal
Hamdi, dan paslon nomor urut dua atas nama Sultan Rivandi dan Riski Ari Wibowo.
Debat ini mengusung tema isu sekitar kampus serta menjadi kesempatan kedua
paslon untuk menyampaikan visi dan misinya.
Acara ini dihadiri oleh petinggi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, di antaranya Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Masri
Mansoer, staf universitas, serta para tamu undangan lainnya. Tribun Hall SC pun
ramai oleh mahasiswa yang menonton berlangsungnya debat kali ini.
Baca juga: Penghujung Drama Pemira UIN Jakarta
Rangkaian acara dibuka dengan
sambutan dari ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Fitri Febriani, lalu dari Ketua
Senat Mahasiswa, Ahmad Murhadi, serta Warek III Bidang Kemahasiswaan, Masri
Mansoer. Acara pembukaan berlangsung cepat dan dilanjutkan dengan sesi debat
antar pasangan calon.
“Pemira tahun ini harus bisa menciptakan demokrasi yang jujur, adil dan elegan,” pesan Warek III Bidang Kemahasiswaan, Musri Mansoer, dalam sambutannya.
Sesi debat dibagi menjadi empat
bagian, pertama penyampaian visi dan misi oleh pasangan calon. Kemudian dilanjutkan
dengan penyampaian pertanyaan dari panelis kepada pasangan calon. Sesi ketiga merupakan
penyampaian pertanyaan antarpaslon untuk saling ditanggapi. Terakhir yaitu pernyataan
penutup kedua paslon.
Paslon nomor urut satu, Hudori Hamdi,
membawa visi dengan ingin menjadikan Dema-U sebagai media aspirasi, inspirasi,
dan berkarya bagi mahasiswa. Beberapa program yang dicanangkan antara lain UIN
Berkarakter, UIN Sinergi, UIN Milenial, UIN Komunikatif, UIN Prestrasi, dan UIN
Islami. “Kami ingin aspirasi mahasiswa yang telah kami persiapkan terlaksana
dan dijalani dengan baik,” ujar Hudori.
Sedangkan paslon nomor dua, Sultan
Ari, juga menawarkan visinya. “Kami ingin menjadikan DEMA UIN sebagai
organisasi yang demokrasi, intelek, dan berkarakter Islam,” jelas Ari. Program yang
diusung paslon ini secara garis besar ingin menjadikan mahasiswa aktif, kraetif,
dan inovatif serta menumbuhkan budaya intelek dan tetap Islami.
Baca juga: Terkait Pemira, Yusran Razak: Siapapun Panitianya Tidak Masalah Sejauh Itu Adil bagi Semua Pihak
Dalam debat kali ini, kedua paslon
hanya menyampaikan gagasan tanpa disertai data dan fakta. Program yang
dicanangkan pun sebenarnya tidak ada yang benar-benar baru. Visi dan misinya
tidak disertai detil pelaksanaan, hanya sebatas gagasan abstrak.
Acara debat berlangsung panas dengan kedua pendukung fanatik paslon yang selalu bersorak sorai. Di akhir acara sempat terjadi bentrokan antarpendukung kedua paslon. Pada akhirnya keributan dapat diredakan dan acara pun segera ditutup dengan penyampaian peryataan untuk menjalankan demokrasi yang adil dan damai dari kedua paslon.
Baca juga: Persiapan Minim Sistem e-Voting
(Daewo)
0 Komentar