Penulis: Gina dan Alma
Setelah kasus pertama virus
Covid-19 yang diumumkan oleh pemerintah awal Maret lalu, sudah banyak kebijakan
yang dibuat untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19. Kebijakan itu terus
diperbarui seiring bertambahnya jumlah kasus positif setiap harinya,
diantaranya tentang pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), meniadakan perkuliahan tatap muka hingga dihapusnya Ujian Nasional (UN)
sebagai syarat kelulusan sekolah. Akibatnya, kondisi ini membuat masyarakat
terjebak dalam aktivitas serba digital, mulai dari jual-beli daring yang
meningkat, konser musik daring, hingga yang paling akrab dengan telinga kita
yaitu sekolah diselenggarakan daring atau kegiatan perkuliahan secara daring.
Sebagai institusi
pendidikan yang biasanya menerapkan perkuliahan tatap muka dan ujian tes masuk
berbasis ujian masuk perguruan tinggi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga
mengeluarkan beberapa kebijakan baru. Beberapa diantaranya dengan menghapus
sebagian jalur ujian masuk perguruan tinggi lalu menggantinya dengan sistem
penilaian raport serta akan mengadakan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK)
atau yang lebih dikenal sebagai Ospek secara daring.
“PBAK tahun ini emang
sangat berbeda dengan pbak tahun sebelumnya, tahun ini kita menggunakan sistem
daring dikerenakan kondisi dan situasi yang tidak mendukung (akibat pandemi
Covid-19),” ungkap Ketua Pelaksana PBAK, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Yazid melalui pesan whatasapp.
Peserta PBAK yang terdiri
dari mahasiswa baru tahun ajaran 2020-2021 akan melakukan serangkaian kegiatan
PBAK secara daring. Kegiatan akan berlangsung dengan pembelajaran jarak jauh
menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Peserta nantinya akan dibekali materi serta
tugas untuk mengasah cara berpikir kritis mahasiswa baru.
Iqbal, salah satu mahasiswa
baru Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi (FIDIKOM) menjelaskan dirinya sudah
mendapat tugas yang diberikan untuk kegiatan PBAK ini.
“Sistemnya itu kakak
tingkat ngasih tugas tentang jurnalistik, terus di-upload ke media sosial masing-masing. Terus dilombakan juga yang
paling bagus itu yang jadi juara, ini untuk PBAK jurusan. Kalau untuk PBAK
fakultas diadakan lewat Zoom Meeting dan untuk pengenalan budaya
lewat youtube,” jelasnya.
Namun
PBAK secara online ini rupanya membuat Iqbal sebagai mahasiswa baru merasa
kecewa karena terbatasnya ruang untuk berkomunikasi dengan sesama mahasiswa
baru ataupun dengan kakak tingkatnya.
“Saya pengen banget
ngerasain langsung PBAK biar bisa ketemu teman baru dan bisa berkenalan juga dengan kakak tingkat,” ucapnya.
Selama persiapan PBAK,
Iqbal mengaku banyak mengalami kendala. Mulai dari tugas yang diberikan dirasa
berat dan kurang jelas, hingga grup whatsapp yang kurang kondusif membuat
Iqbal sering tertinggal informasi.
“Kemungkinan gak bakal
efektif. Karena, pertama ini online, kedua ini terlalu banyak banget tugas yang
perlu dikerjakan, tugasnya lumayan banyak dan kurang jelas. Jadi harus bertanya
melalui jalur chat pribadi pada kakak tingkat baru bisa paham. Selain itu, buat
PBAK online nanti kuota dan sinyal juga bakal jadi kendala,” jelasnya.
Sebelumnya, sistem
penerimaan peserta PBAK sempat mengalami kendala teknis. Mahasiswa baru yang ingin
mendaftar PBAK mengalami kesulitan saat akan mendapatkan Nomor Induk Mahasiswa
(NIM) yang menjadi syarat pendaftaran PBAK. Akhirnya pihak panitia, dosen dan
dan pihak Dekanat memutuskan bukti kelulusan menjadi alternatif bagi mahasiswa
yang mengalami kendala tersebut. Sampai
Minggu (06/09/20), Yazid menyampaikan jumlah peserta yang terdaftar kurang
lebih sekitar 478 orang dari total 900 mahasiswa.
Sementara itu Zulfikar,
mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mengaku masih belum
menerima tugas dan informasi detail terkait PBAK.
“Engga tau ada PBAK
fakultas dan jurusan. Tugasnya juga belum tau, mungkin akan diberikan pas
PBAKnya?” Jawab Zulfikar, salah satu mahasiswa baru FITK.
Selain mempersiapkan diri
untuk mengikuti kegiatan PBAK, mahasiswa baru harus mempersiapkan perkuliahan
secara daring di tahun pertama kuliah mereka. Iqbal dan Zulfikar
menjawab telah siap menghadapi perkuliahan daring yang akan datang.
“Pertama, saya nyiapin
alat-alat buat kuliah online, kayak
laptop dan koneksi internetnya. Yang kedua, saya nyiapin diri juga biar
terbiasa dengan kuliah online ini,
adaptasi lebih tepatnya,” tegas Iqbal.
Zulfikar menambahkan,
dirinya mengaku lebih sering memantau informasi kampus lewat gadget dan sosial
media kampus.
“Mungkin untuk saat ini
cuma sering liat info-info tentang kampus dari sosial media ataupun google.
Tapi, harapan saya dan pastinya harapan semua maba, pandemi segera berakhir dan
kuliah bisa dilaksanakan secara offline,” ucapnya.
0 Komentar