Penulis: Ahmad Dwiantoro
Pandemi Covid-19 telah mengubah semua sendi kehidupan masyarakat. Salah satunya lewat peraturan yang melarang masyarakat beraktivitas di luar, hal ini guna memutus penyebaran virus Covid-19 yang telah menelan banyak korban jiwa. Peraturan tersebut juga menyebabkan beberapa aktivitas dilakukan secara daring, termasuk kegiatan pendidikan. Semula proses belajar mengajar yang biasa dilakukan secara tatap muka sekarang diganti menggunakan berbagai aplikasi video conference, seperti yang dilakukan pihak UIN Jakarta dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik tahun ini.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan DEMA Universitas melaksanakan Pengenalan Budaya
Akademik Kampus (PBAK) secara daring melalui aplikasi Zoom pada tanggal 9
hingga 12 September 2020 . Keputusan
melaksanakan Pengenalan via daring ini bertujuan agar mahasiswa baru dapat
tetap mengikuti kegiatan orientasi dan masa pengenalan kampus sekaligus
mengantisipasi penyebaran COVID-19. Namun, dalam prakteknya ada beberapa
kelebihan dan kekurangan yang dirasakan oleh panitia maupun peserta PBAK 2020.
Ketua Pelaksana PBAK 2020 Jurusan Jurnalistik, Ariek Ardhan,
berpendapat PBAK yang kali ini diadakan secara daring dan mendadak menjadi sedikit menyulitkan. Masalah didasari
keharusan mengumpulkan panitia dan menyiapkan acara dalam waktu yang sangat
singkat.
“Ya mungkin balik lagi lebih ke persiapannya aja, dari
pembentukan panitia sampe segala macam cuma dikasih waktu kurang lebih dua
minggu. Lumayan sulit banget sih, ya seperti ngumpulin temen buat rapat, mulai
dari ngumpulin panitianya, menyusun urutan acara yang sudah jadi dan harus
diganti karena mengikuti fakultas. Banyak sih kendalanya. Karena ini online takutnya ada masalah teknis, agak
keluar dari jadwal cuma, alhamdulillah
bisa diatasi, cuma telat 10 menit,” ucapnya.
Walaupun terkendala waktu dan beberapa masalah lain, Ardhan
mengaku senang karena kegiatan PBAK 2020 berjalan dengan baik. Selain itu, ia
juga banyak menerima tanggapan positif dan pujian yang diapresiasi oleh banyak
orang terkait konsep dan idenya yang disebut bagus.
Mahasiswi baru Program Studi Jurnalistik, Salwa Asshafa mengatakan kegiatan PBAK yang diadakan secara daring terasa lebih santai. Tetapi, di sisi lain kegiatan ini juga banyak menghabiskan kuota, serta kendala bagi beberapa mahasiswa baru yang tidak memiliki laptop.
“Kalau menurutku, sukanya kuliah online itu karena kita di rumah dan jadi
lebih santai. Kalau untuk dukanya kayaknya banyak sih, pertama karena sudah
pasti memakan banyak kuota dan nggak semua anak punya koneksi internet yang
bagus,” ucap Salwa.
Berbeda dari Salwa, mahasiswi baru Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Biologi, Shava Fitrah Sahaja merasa kuliah secara
daring kurang seru. Salwa beralasan
dia dan mahasiswa baru yang lain tidak bisa bertemu secara langsung dan sering
terjadi miskomunikasi lantaran harus berkomunikasi menggunakan gadget.
“Dukanya itu karena tidak bisa secara langsung ketemu sama
teman-teman seangkatan, walaupun enaknya ya, nggak disiksa sama kating tapi
ngerasa kurang seru aja gitu ospeknya dibanding secara langsung. Terus juga ini
kan info semuanya dari handphone ya,
jadi kadang miskom gitu, untung katingnya ramah-ramah semua, dibawelin juga
senang-senang aja,” sebut Shava.
Kendati tak bisa bertemu dengan teman-teman baru secara
langsung, Shava mengatakan kegiatan PBAK yang dilakukan secara daring ini berjalan dengan seru.
Pertemuan dan sambutan dari Dekan FITK, Dr. Sururin M,Ag, pemateri yang
memiliki latar belakang prestasi tinggi serta ilmu yang bermanfaat disebut
sebagai nilai plus dari pengenalan akademik tahun ini.
Salah satu panitia PBAK 2020 dari Jurusan Jurnalistik, Aji
Juasal Mahendra, mengatakan walau PBAK tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya,
tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat panitia penyelenggara PBAK yang
harus tetap mengadakan PBAK secara daring.
Meski begitu, aji berkata saat pelaksanaan tetap menghadapi beberapa kendala,
termasuk masalah konsep. Untungnya karena acara hanya dilakukan lewat dunia
maya tak banyak tenaga yang dikeluarkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Karena ini dilakukan secara daring, hal yang paling krusial adalah di bidang teknis. Bukan hanya soal konsep acara tapi soal bagaimana kita membuat PBAK daring ini menjadi menarik, dalam artian dapat merangkai live streaming yang dapat dinikmati dan ditonton peserta mahasiswa baru untuk menjadikan mereka paham betul akan esensi dari pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan,” tambahnya.
Namun, pada akhirnya semua panitia PBAK dan peserta PBAK menginginkan pandemi COVID-19 ini segera berakhir. Dengan berakhirnya pandemi tersebut diharapkan mereka dapat kembali kuliah secara tatap muka tanpa harus ada rasa takut, serta dapat bertemu kembali dengan teman-teman di kampus.
0 Komentar