Mengungkap Kebenaran di Negeri Paman Sam


Dalam perjalanan kali ini  Hanum dan Rangga memulai  petualangannya ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Petualangan mereka diawali saat Hanum ditugaskan oleh bosnya Gertrude Robinson untuk pergi ke New York dan menulis sebuah artikel yang mungkin bisa menyelamatkan Heute ist Wunderbar, koran tempat mereka bekerja dari  ancaman kebangkrutan

Sebuah artikel luar biasa yang akan menceritakan tentang tragedi 9/11. Artikel bertema “Would the world be better without Islam?” tersebut digagasi oleh Gertrude Robinson sebagai bosnya. Tugas yang awalnya ditolak oleh Hanum mentah-mentah demi membela keyakinannya dari opini yang memojokkan Islam. Namun akhirnya tugas ini di sanggupi juga oleh Hanum dengan keyakinan bahwa tugas ini diberikan kepadanya bukan karena kebetulan semata.

Gagasan “Would the world be better without Islam?” ini memberikan kesempatan bagi Hanum untuk mencari kebenaran agamanya. Bagaikan sebuah kebetulan, Rangga juga ditugaskan oleh Profesor Reinhard, atasan di Universitas tempatnya bekerja, untuk mengikuti konferensi di Washington DC sekaligus melobi Phillipus Brown yang akan hadir sebagai tamu kehormatan di acara tersebut.

Tak disangka, dalam perjalanan Hanum bertemu dengan seorang perempuan mualaf bernama Julia Collins.  Kurator yang sebelumnya bekerja di Museum American Natural History ini memiliki nama muslim Azima Husein. Ia memilih untuk pindah dan bekerja sebagai asisten kepala di Museum 9/11 dengan tujuan untuk mencari penyebab  kematian suaminya dalam tragedi 9/11.

Takdir juga mempertemukannya dengan Michael Jones, yang hidupnya ikut runtuh bersama menara kembar World Trade Center yang telah merenggut nyawa istri tercintanya, Anna. Sebagai bentuk kesetiaan terhadap mendiang istrinya Michael Jones mati-matian menentang keras pembangunan sebuah masjid di kawasan Ground Zero (bekas tempat berdirinya menara kembar).

Kesaksian dari Phillipus Brown berhasil membuka kotak Pandora yang selama delapan tahun ini tertutup rapat.  Pertanyaan yang selama ini muncul dalam benak Azima sudah terjawab. Kesaksian itu pun turut  meluluhkan hati Michael Jones dari kebenciannya terhadap Islam.

Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra pernah menghasilkan karya dengan tema yang serupa seperti novel best seller yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa. Novel ini bertemakan sejarah Islam. Secara umum, sang penulis menceritakan bahwa dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam. Gaya penulisan buku kali ini pun terasa berbeda dengan dua buku sebelumnya (99 Cahaya di Langit Eropa dan Berjalan di Atas Cahaya).

Alur dalam novel ini diawali pada kejadian masa lalu, yaitu kronologi penabrakan dua pesawat Amerika ke gedung World Trade Center (berceritakan alur mundur). Kemudian berlanjut ke perjalanan Hanum dan   Rangga di Wina, Austria hingga ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat (berceritakan alur Maju).

Penulis mencoba mengutarakan bahwa dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam. Novel inilah memberikan perspektif bagaimana muslim tidaklah pantas diidentikkan dengan teroris, karena tragedi 9/11 adalah tragedi kemanusiaan yaitu ulah segelintir orang yang menggunakan nama Islam.

Novel ini menggunakan bahasa asing, sehingga mempersulit pembaca memaknai bacaan tersebut karena sebagian pembaca mungkin tidak paham arti bahasa itu. Contoh bahasa yang jarang didengar oleh sebagian pembaca, antara lain : tenggat, demensia, ergonomis, melankolis, surel, filantropi, dan sebagainya. Di dalam novel ini juga tidak dilengkapi catatan kaki, hal inilah yang menyebabkan kurangnya pemahaman pembaca terhadap bacaan asing itu.

Judul Buku           : Bulan Terbelah di Langit Amerika
Jenis Karangan     : Fiksi
Pengarang            : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit               : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit di               : Jakarta
Tahun Terbit         : Juni 2014
Jumlah Halaman   :344

(Karmilah)

Posting Komentar

0 Komentar