![]() |
Pemandangan Sunda Kelapa |
Truk-truk yang membawa peti-peti berukuran besar datang
dan berlalu-lalang ketika memasuki wilayah Pelabuhan Sunda Kelapa. Tak hanya
itu, terdapat sebuah patung perahu yang menyambut kedatangan pengunjung.
Sesampainya di pelabuhan, pengunjung dapat melihat pemandangan pelbagai macam
kapal. Beberapa pekerja terlihat mengangkut barang yang telah diturunkan dari
dalam peti ke atas kapal.
Memasuki area pelabuhan, kita akan akan dikenakan tarif
yang berbeda-beda sesuai tarif kategori kendaraan. Pengunjung yang tidak membawa
kendaraan dikenakan tarif Rp 2.500/orang. Sedangkan untuk tarif kendaraan
bermotor sampai truk dengan dua peti kemas dikenakan tarif berkisar Rp 3.000 -
Rp 17.000.
Di sebelah kanan pelabuhan terlihat warung yang berjajar, dari warung nasi
sampai warung yang menjual pulsa. Salah satu penjual, Nanang, bercerita tentang
Pelabuhan Sunda Kelapa. “Zaman dulu juga museum banyak orang dari Belanda dan
di sekitar sini juga banyak bangunan Belanda. Makanya zaman sekarang orang Belanda
pun pada berkunjung ke sini hampir setiap hari pasti ada,” katanya.
Selain itu, ia menambahkan bongkar muat barang terus dilakukan setiap
harinya tanpa ada hari libur. Sekalipun itu hari libur, jika ada order mereka
tetap melakukan bongkar muat barang. Para pekerja bukan hanya dari warga asli
sunda kelapa namun juga dari berbagai daerah, dilihat dari gaya bahasanya.
Selain Nanang, salah satu penjual lain menuturkan bahwa para pengunjung
yang datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa hanya berkeliling dari awal patung
perahu, mereka foto-foto sampai ke gudang penyimpanan. “Orang yang datang ke sini, dari
sini aja muter-muter, ke ujung foto-foto
terus balik lagi,” ujarnya.
Selanjutnya berjalan beberapa kilometer dari pintu masuk pelabuhan, kita
dapat mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di wilayah Sunda Kelapa.
Salah satunya, Museum Bahari. Museum ini berada di kawasan Pasar Ikan
Penjaringan, Jakarta Utara. Untuk memasuki museum ini dikenakan biaya Rp
5.000/orang. Di sana juga disediakan pemandu wisata yang memakai baju adat
Betawi.
Menurut Maruri, salah satu pemandu di Museum Bahari, museum ini didirikan
pada masa pemerintahan Belanda, tepatnya ketika masa VOC di Indonesia sekitar
tahun 1652.“Gedung masa VOC Belanda
dari 1652 dibangunnya sampai 1774. Luasnya kira-kira satu hectare,” tegasnya.
Di dalam museum terlihat beberapa koleksi dari mulai cerita Sunda Kelapa
dan Batavia masa VOC, Kali Besar dan Peranannya dalam Perdagangan, serta Pelabuhan
Sunda Kelapa dan Tanjung Priok Masa Kini. Selain itu, terdapat miniatur
perahu-perahu seperti Perahu Cukong Barito yang terdapat di Pasar Apung, Kalimantan
dan Perahu Cenggolan dari Madura yang sebagiannya merupakan hasil sumbangan. “Pengumpulan
koleksi museum, kadang ada yang menyumbang,” ujar Maruri salah satu pemandu
wisata di sana.
(Mega Khaerani)
0 Komentar