Menilik Potensi Gedung Juang Sebagai Pariwisata Sejarah di Bekasi


Cahaya senja terasa begitu berwarna menyelimuti sore hari, di sebuah bangunan klasik dengan gaya arsitektur khas Belanda. Gedung tinggi ini terletak di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Bangunan yang dulu bernama Gedung Tinggi ini dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada 1906, dan selesai pada 1910, kemudian diselesaikan di tahap kedua pada 1925.

Memasuki bagian dalam gedung, tampak sebuah tangga yang terlihat tua menjulang di tengah ruang depan bangunan tersebut. Tangga dengan warna yang memudar menjadi ciri khas akan gedung tua ini. Ruangan yang tinggi dengan langit-langit yang terbentang di atas kepala menunjukkan kemegahan bangunan tersebut, ditambah ukiran relief di pintu yang menunjukan kemewahan gedung ini.

Gedung yang dahulunya bernama Gedung Tinggi berganti nama menjadi Gedung Juang setelah dibangunnya monumen perjuangan. Monumen perjuangan berbentuk persegi dengan relief di sekelilingnya menceritakan perjuangan rakyat Bekasi. Di atas monumen tersebut terdapat patung rakyat, Tentara Nasional Indonesia, Palang Merah Remaja, anak kecil dan singa yang melambangkan kerajaan Siliwangi yang dibuat pada 1984. ”Orang asli Bekasi di pedalaman gatau nama gedung juang, taunya gedung gede atau gedung tinggi,” ujar Slamet salah satu penjaga Gedung Juang.

Setelah lama tidak difungsikan, gedung tersebut menjadi tempat bersarangnya kelelawar berhidung lipat (kampret). Keberadaannya pada sore hari menghiasi langit Bekasi, kampret berterbangan secara bergerombol dan menarik perhatian seseorang untuk sejenak melihat keunikan di langit sekitar gedung tua tersebut.

Selain itu, Gedung Juang memiliki terowongan bawah tanah yang terhubung dengan Stasiun Bekasi. “Keberadaannya memang ada, biasanya digunakan untuk bahan-bahan klenik (gaib),” tegas Slamet. Terowongan bawah tanah tersebut terdapat di bawah tangga Gedung Juang yang kini sudah ditutup dan rata dengan lantai. Guna menghindari penyalahan fungsi terowongan tersebut. “Jangan pernah bermain gaib di gedung ini,” pesan Slamet.

Gedung yang sempat menjadi pusat pemerintahan Jatinegara ini, dijadikan sebagai tempat shooting film horor serta kegiatan seni dan olahraga seperti tari dan gojukai. “Pada 2016 sempat di jadikan Save Galeri dan dijadikan museum Bekasi, yang dicetuskan oleh komunitas budayawan Bekasi,” ujar Slamet. Gedung ini sekarang sedang direnovasi untuk meningkatkan pariwisata di Jawa Barat.   
      
Dinas Provinsi Jawa Barat sedang merenovasi pembangunan Gedung Juang yang nantinya dikembangkan menjadi wisata Jawa Barat yang berada di Kabupaten Bekasi. Rencananya dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi akan mengembangkan pemasaran Gedung Juang sebagai objek pariwisata yang ada di Bekasi setelah renovasi selesai. Kepala bidang pemasaran pariwisata Kabupaten Bekasi, Tri Tjahjani Seolitijowati mengatakan, Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi akan membuat beberapa destinasi paket perjalanan wisata di Kabupaten Bekasi. ”Salah satunya melakukan destinasi ke Gedung Juang,” tambah Tri Tjahjani.

Selain paket perjalanan wisata, Dinas Pariwisata berencana akan memulai penataan kuliner disekitar Gedung Juang serta mengadakan pameran dan festival untuk meningkatkan minat wisatawan lokal maupun mancanegara di  Kabupaten Bekasi. Menurut Tri Tjahjani, perlu ada perhatian khusus terhadap transportasi untuk destinasi-destinasi pariwisata di Kabupaten Bekasi. “Sangat memungkinkan Gedung Juang jika dikelola dengan baik,” ujarnya.

Gedung Juang memilki sejarah menarik terkait perjuangan kemerdekaan dan perjuangan rakyat Bekasi. Tak hanya itu, Gedung ini memiliki arsitektur bergaya Belanda yang sangat unik untuk dijadikan tempat berfoto. Tentunya gedung ini bisa menjadi tempat berwisata sambil belajar sejarah.

(Fajri Hidayat)

Posting Komentar

0 Komentar