![]() |
Journoliberta/Bismar |
Pagi itu suasana Lapang Pendowo terasa tegang dan sunyi. Penonton yang
menempati tempat duduk di bawah tenda tiang terfokus pada suara derapan tapal
kuda yang makin besar. Terlihat seorang pemuda yang menunggangi kuda melesat
lurus di jalur perlombaan sembari memegang busur dan anak panah. Suasana
lapangan yang dijadikan tempat eksebisi perlombaan seketika riuh ketika
penunggang kuda tersebut membidik dan langsung melesatkan panah pada tiga
target yang disiapkan di sisi kiri jalur pacuan,“Jleb!”.
Situasi di atas menjadi gambaran kecil dari eksebisi pra-Kejurnas Horseback
Archery yang diadakan oleh Horsebow Depok (HBD). Acara yang diselenggarakan di
Lapangan Pendowo, Depok Jawa Barat pada (13/04/2019) ini menghadirkan
perlombaan memanah sembari memacu kuda dalam trek lintasan khusus. Sebagai
sebuah komunitas panahan dan berkuda yang pertama di Kota Belimbing ini, HBD
berniat untuk memperkenalkan olahraga Horseback Archery kepada masyarakat,
seperti yang dijelaskan Rudiansyah Lubis salah satu pengurus HBD.
Ditemui usai perlombaan, pria yang kerap disapa Rudi ini menjelaskan tujuan
dari diadakannya eksebisi perlombaan memanah dan berkuda tersebut. Pada awalnya
HBD mengadakan audiensi ke kantor walikota untuk mensosialisasikan perlombaan
memanah dan berkuda yang rencananya akan mereka adakan secara nasional. Dari
pertemuan tersebut dirinya menjelaskan, Mohammad Idris selaku wali kota
tertarik dengan prospek olahraga tersebut, dan meminta untuk diadakan
bertepatan dengan hari jadi kota Depok pada 27 April.
“Karena
memanah di atas kuda itu adalah sesuatu hal yang kurang lazim yah, belum terlalu umum. Dengan kita
kemarin membicarakan mau mengadakan lomba Horseback Archery ke pak walikota
ini, beliau menyambut dengan baik," ucap Rudi.
Dengan waktu sosialisasi selama tiga minggu dan persiapan acara sepuluh
hari, HBD dapat menampilkan prospek dari olahraga Horsebow Archery pada pihak walikota
tanpa menimbulkan insiden serius. Hal ini terlihat dari persiapan sistem
penyeleksian peserta dan kuda yang akan diturunkan untuk berlomba. Rudi
mengatakan peserta yang telah mengajukan diri dipilih dengan dua tahap.
Seleksi pertama dimulai dengan mengirimkan video latihan peserta, kemudian
tes lapangan pada H-1 perlombaan. Rudi mengatakan video hasil latihan yang
dikirm peserta terkadang berbeda dengan hasil tes lapangan. Maka dari itu kedua
tahap tersebut dilakukan untuk menentukan kelayakan peserta, juga mengurangi
resiko kecelakaan pada perlombaan.
“Karena kan kadang-kadang dari video berbeda dengan hasil di lapangan
makanya kita adakan tes di lapangan, kita seleksi lagi. Tapi kalau dari awal
sudah tidak layak kita berhentikan dahulu.” ujarnya.
Dari seleksi yang diadakan satu hari sebelum perlombaan, terjaring enam
belas peserta dan lima kuda. Peserta berasal dari sembilan komunitas Jabodetabek
dan sekitar Jawa Barat. Klub yang masuk pada perlombaan pra-kejurnas tersebut
adalah Nest Horseback Archery dan Parung Bingung Archery dari Depok, BobStable
dari Bekasi, Bojong Koneng Archery dari Bandung, Janisary Archery dari
Pamulang, Jibs Star dari Bogor, KHA perdana Jabar dari Karawang, Muslim Sport
Club dari Jakarta dan Nomaden Archer dari Bekasi.
Setelah melewati tahap seleksi, eksebisi pra-Kejurnas pun dimulai pada
(13/04/2019) pada pukul 08.00 WIB. Acara yang diadakan di Lapangan Pendowo,
kecamatan Limo Depok tersebut turut dihadiri walikota Depok, Mohammad Idris,
yang menyampaikan beberapa pesan saat pembukaan acara. Dirinya mengatakan
sangat tertarik dengan jenis olahraga yang dia sebut memadukan antara memanah
dengan berkuda. Indris juga menjelaskan keinginannya untuk memamerkan Horseback
Archery pada perayaan ke-20 ulang tahun kota Depok pada (27/04/2019).
“Semoga event ini akan memotivasi
kita untuk mensosialisasikan olahraga yang sampai saat ini mungkin masih banyak
yang belum tau, termasuk saya, dan seperti apa aksi yang akan kita lihat.
Makanya pada hari jadi kota Depok ke-20 pada 27 april ini saya minta teman-teman
HBD bisa memamerkan olahraga ini di balaikota,” kata Idris.
Acara utama pun dimulai, panitia menjelaskan teknis perlombaan pada peserta
dan penonton di tenda. Dengan trek lurus yang dibatasi garis kuning, peserta
harus dapat memacu kuda sembari memanah tiga target yang disiapkan di sisi kiri
lintasan. Perlombaan dibagi dalam dua sesi, satu kali pemanasan dan dua putaran
memanah. Dengan enam anak panah yang disiapkan, kompetitor harus memanah tiga
target per putaran sembari menjaga kecepatan kuda agar lebih seimbang saat
membidik sasaran.
“Jadi pertama kali setiap peserta itu memakai kuda yang sudah ditentukan
melakukan trek percobaan, satu kali putaran tanpa melepaskan anak panah, Jadi
untuk menjaga keseimbangan dulu, udah dapat belum feelingnya. Ketika sudah
melakukan satu putaran baru melakukan tembakan beserta larinya (pacuan) dan
melepaskan tembakan anak panah, itu dilakukan dua scoring,” tambah Rudi.
Dengan jumlah lima tunggangan yang disiapkan masing-masing klub, peserta
harus bergantian menunggangi kuda. Rudi mengatakan idealnya satu kuda hanya
dapat digunakan oleh tiga peserta, lebih dari itu kuda akan kelelahan dan
mengalami stress. Maka penting bagi panitia dan peserta untuk menjaga emosi dan
kesehatan kuda yang akan dipetandingkan. Kedekatan kuda dengan penunggannya
juga perlu diperhatikan, seperti yang dijelaskan M. Abdullah Azzam, kontestan sekaligus
pemenang kedua lomba pra-Kejurnas Horseback Archery.
Ditemui sesusai pertandingan, siswa SMA kelas dua sekaligus santri Jakarta
Islamic Boys Boarding School (JIBBS) ini menerangkan kuda memerlukan waktu
untuk bisa lebih dekat dengan penunggannya. Azzam kemudian menjelaskan trik
untuk lebih cepat dekat dengan kuda, yaitu dengan memandikan serta memberi
makan kuda setiap hari. Cara ini menurutnya dapat membuat kuda lebih familiar
dengan sang joki.
“Kalau kuda itu susahnya di awal biasanya, pas baru pertama kali ketemu,
itu pasti dia mikirnya kaya "lu siapa sih". Supaya lebih cepat
kenal kita urusi, kita mandikan dan sikat badannya serta beri makan. Jadi
dengan begitu pendekatan bisa lebih cepat,” ujar Azzam.
Secara garis besar, Horseback Archery adalah olahraga mengandalkan
ketepatan panahan serta kestabilan dalam menunggang kuda. Jenis alat yang
digunakan dalam cabang panahan tersebut menggunakan horsebow, sejenis busur tradisional berukuran kecil. Berbeda dengan
busur modern yang biasa digunakan dalam panahan biasa, busur ini tidak
dilengkapi arrow rest -sejenis
alat yang digunakan untuk menempatkan anak panah dengan mudah. Ukurannya yang
kecil dan ringan cocok untuk memanah di atas tunggangan berkecepatan tinggi.
Belum terlalu dikenal wilayah Depok dan sekitar, Rudiansyah Lubis dan rekan
Andi yang sama-sama menyukai panahan tradisional kemudian membangun Horsebow
Depok dengan niat memasyarakatkan olahraga memanah dengan horsebow. Dibangun pada september 2017, terbentuknya klub ini
menarik minat masyarakat, khususnya pegiat olahraga panahan dari beberapa
daerah lain seperti Jakarta dan Cimanggis. Hingga saat ini kegiatan yang
digaungkan komunitas tersebut selain latihan adalah pertandingan persahabatan,
atau disebut “Petasan” yang
telah dilaksanakan selama tiga kali.
Nantinya, HBD akan kembali mengadakan “Petasan” keempat dengan kerjasama Pemerintah Kota Depok.
Rudi berharap dengan bantuan Pemkot Depok acara yang rencananya diadakan secara
nasional ini dapat mengundang peserta bukan hanya dari sekitar Depok. Dirinya yakin, dengan bantuan tersebut
komunitas ini dapat mengundang sebanyak-banyaknya peserta dari berbagai daerah
di Indonesia.
“Harapannya kita bekerja sama langsung dengan pemerintah kota Depok,
mendukung kegiatan kita dengan skala nasional. Jadi kita bukan hanya area Depok
dan sekitarnya, tapi nasional, nanti akan datang semua dari Jawa Timur, dari
Kalimantan dari Sumatera itu semua pasti datang kalau kita didukung penuh
pemerintah dengan membawa nama Horsebow Depok,” imbuh Rudi.
(Bismar)
1 Komentar
Buka jam brp?alamt detail dmn?
BalasHapus