Fenomena jasa pembuatan tugas
sekolah atau kuliah sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Para joki banyak
yang mengiklankan jasanya di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Beragam tawaran mulai dari jasa tulis, pembuatan makalah, sampai tugas akhir skripsi.
MS yang merupakan mahasiswa
Fakultas Ilmu Komunikasi UIN Jakarta mengaku dirinya menjadi joki tugas sejak
semester empat. Hal ini ia lalukan karena mata pencahariannya hilang
akibat pandemi.
"Kadang uang yang dijatahkan
untuk sebulan itu gak sampai akhir
bulan. Terus pas waktu itu serba online
akibat pandemi. Kerjaan paruh waktu juga berhenti. Kebetulan ada tawaran (sebagai joki tugas) yang
bisa dibilang lumayan," ujar MS saat diwawancarai melalui WhatsApp, Jumat
(09/09/2021).
Ia menambahkan, walau dirinya
terbiasa dengan pekerjaan ini, tetapi ia mengeluhkan beberapa kliennya
memberikan batas waktu yang sangat sedikit. Sedangkan MS juga disibukkan dengan
tugas-tugas pribadinya sebagai mahasiswa. Selain itu, ia juga mengeluhkan
kendala sulitnya mencari ide dalam pengerjaan tugas kliennya.
MS tetap menyadari bahwa apa
yang ia lakukan adalah hal yang ilegal karena menyalahi aturan etika dalam
pendidikan. Ia berharap suatu hari nanti dirinya menemukan pekerjaan yang mampu
mencukupi kebutuhannya tanpa harus melakukan pekerjaan sebagai joki tugas.
"Kayaknya untuk sementara
ini iya (tetap menjadi joki), tapi kalo selama-lamanya enggak juga. Karena sadar juga, ini kan bisa dibilang hal yang
salah. Takut juga, tapi ya butuh, jadi ya dijalanin aja gitu," katanya.
MS juga menjelaskan, dirinya
tidak pernah mengiklankan jasanya melalui media sosial atau media lainnya.
"Kalo orang lain sampai
promo ke sana ke sini, pasang tarif dan lainnya. Kalo saya, ya cuman dari bibir
ke bibir lah ibaratnya gitu, dan lewat situ aja enggak cuma dari satu
universitas, ada juga yang dari universitas lain, cuman ya itu juga temen, atau
temannya dari teman," ujar MS.
Berbeda dengan MS, FM, Lulusan Pendidikan
Agama Islam UIN Jakarta membuka jasa joki tugasnya di media sosial. Sejak Februari 2021 lalu, FM menawarkan bisnisnya
menggunakan akun khusus di Instagram. Ia juga mengaku selama tujuh bulan itu telah mengerjakan lebih dari 50 tugas mahasiswa dari berbagai jurusan.
“Jurusan
sih gak menentukan, yang jadi patokan kami sih tugasnya itu apa dulu.
Kalau
dirasa sanggup akan kita kerjakan, kalau
sulit kita gak berani ambil,” terang FM saat dihubungi melalui WhatsApp, Kamis (08/09/2021).
Mematok harga relatif murah, FM sengaja
menawarkan biaya di bawah standar untuk pengerjaan skripsi sebesar Rp500 ribu per bab. Menurut pengalamannya, biaya yang harus
dikeluarkan untuk menyewa jasa skripsi umumnya
terbilang mahal. Sehingga pelanggan harus merogoh kocek sekitar 3-5 juta rupiah untuk satu karya ilmiah
tersebut.
FM menekuni bisnis joki tugas setelah ia
lulus kuliah sebelum ia menerima tawaran kerja. Saat ini bisnis tersebut ia
kerjakan sebagai pekerjaan tambahan disela-sela kesibukannya sebagai guru.
Di sisi lain, FM merasa kesulitan ketika
tawaran banyak sedangkan waktu pengerjaan yang terbatas. FM juga kerap kali
meminta bantuan kepada teman-temannya ketika tugas yang ia kerjakan kurang
dimengerti.
“Sebenernya
sih (bekerja) sendiri
(sebagai joki), tapi kalo ada tugas yang saya gak ngerti saya minta teman-teman saya yang bisa bantu. Nah, teman-teman saya gak terikat dengan saya, jadi mereka akan bantu ngerjain kalau lagi ga sibuk,” ujar
FM.
Mempercepat waktu pengerjaan
AMY seorang mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Jakarta mengaku dirinya sebagai penyewa jasa joki tugas. AMY mendapat informasi
penyedia jasa joki melalui iklan di internet.
Keputusan untuk menyewa joki
tugas ini karena menurutnya hasil kerja joki lebih terjamin karena joki telah
terbiasa mengerjakan tugas dari yang mudah hingga sulit sekalipun.
"Bukan tugas bikin makalah
atau semacamnya, tapi tugas ujian take home. Jadi karena gak yakin sama jawaban sendiri, nah saya bayar joki buat kerjain ujian tadi, ya buat diliat aja
sih, sama atau enggak jawaban saya
sama jawaban joki yang bisa dibilang lebih profesional mengerjakan tugas,"
jelasnya.
Walaupun dirinya
sangat terbantu dengan adanya joki, dia tidak berniat terus-menerus menggunakan
jasa ilegal ini.
"Memang membantu sekali,
tapi kalo untuk pake joki seterusnya enggak
ya. Soalnya kan ada resiko, yang mana mungkin joki ini bikin jawaban sama rata,
jadi semua jawabannya sama semua walaupun pengguna jasanya beda-beda,"
tegasnya.
Berbeda dengan AMY, Yuli—bukan nama asli—juga mengaku pernah
menggunakan jasa joki tugas lewat
informasi yang ia dapatkan dari Telegram dan temannya. Alih-alih mempercepat pengerjaan, Yuli justru kecewa atas kinerja joki tugas yang ia sewa. Hasil yang
diharapkan tidak sesuai sehingga ia harus merevisi ulang tugasnya.
“Kendalanya
saya malah jadi dua kali kerja sih,” ungkap Yuli saat dihubungi melalui WhatsApp, Jumat (09/09/2021).
Lulusan Pendidikan Agama Islam Institut
Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta
ini mengatakan telah dua kali membayar joki
tugas untuk menyelesaikan tugas akhir Skripsi. Hal ini Yuli lakukan karena
untuk mempercepat penyelesaian tugas akhir ditambah kendala kesibukannya.
Penulis: Gina Nurulfadilah dan
Alma Almeria
Editor: Johan
0 Komentar