![]() |
Ilustrasi: Sumila Sari |
JOURNOLIBERTA.COM-Tahun 2022 Jakarta dipercaya menjadi penyelenggara ajang balap Formula E. Pemprov DKI Jakarta menetapkan Ancol sebagai lokasi balapan mobil listrik ini. Formula E merupakan ajang balap yang masih terbilang baru karena pertama kali diselenggarakan di Beijing dan Tiongkok pada September 2014.
Formula
E yang memiliki nama resmi ABB FIA Formula E World Championship nyatanya baru
menyandang status sebagai World Championship pada musim 2020-2022. Sehingga
ajang ini setara dengan ajang balapan seperti Formula 1, World Endurance
Championship, World Rally Championship dan World Rally Cross Championship. Oleh
karena itu, sebuah kebanggaan bagi Jakarta dan Indonesia di percaya sebagai
tuan rumah di event perlombaan balap mobil kelas dunia tersebut.
Sejarah Awal
Formula E
Lewat laman resmi Formula E,
dikatakan sejarah kehadiran Formula E berawal dari coret-coretan di belakang
tisu restoran di Paris, Prancis. Pelakunya ialah Jean Todt, Presiden FIA dan
pengusaha Spanyol Alejandro Agag, “Mereka bertemu di sebuah restoran Paris dan
mengumpulkan pemikiran mereka hanya dalam beberapa kata tentang apa yang akan
menjadi balapan mobil kursi tunggal elektrik pertama di dunia,”
Jean Todt dan Alenjandro Agag
mempunyai misi untuk menghadirkan balapan di jalanan kota-kota unik di dunia
dan diisi oleh para pembalap dan tim terbaik di dunia. Serta ingin menunjukkan
potensi kendaraan berbasis listrik.
Rencana yang digagas ini baru
terwujud setelah 3 tahun, tercatat balapan pertama Formula E diselenggarakan
pada 13 September 2014 di Beijing, China. Lucas Di Grassi pembalap Audi Sport
ABT mencatatkan sejarah karena berhasil menjadi pemenang pertama pada
perlombaan Formula E.
Kiprah awal Formula E di ajang
balap dunia bisa dibilang tidak terlalu mulus. Keterbatasan teknologi baterai
menjadi faktor penghambat ajang balapan ini. Sebab penggunaan energi yang
terpakai pada saat balapan dinilai kurang efisien. Hal tersebut dibuktikan
saat pertandingan perdana Formula E, ketika para pembalap Formula E harus
mengganti mobilnya karena pada saat itu teknologi baterai belum mumpuni.
Dilansir dari GridOto.com,
penggunaan mobil Spark-Renault SRT_01E, 10 tim dan 20 pembalap yang terdiri
dari 3 tim pabrikan dan 7 privateer ikut serta dalam musim perdana
Formula E. Namun karena keterbatasan teknologi baterai untuk mobil listrik saat
itu, SRT_01E tidak mempunyai cukup cadangan energi untuk menyelesaikan balapan.
Mobil balap Formula E generasi
pertama mengharuskan para pembalap mengganti mobil di tengah-tegah jalannya
balapan. Sebab baterai pada saat itu belum mampu menyimpan energi sampai akhir
balapan.
Dengan berkembangnya teknologi
mobil listrik yang sangat pesat, pada tahun 2017 - 2018 mobil Formula E Gen 2
diperkenalkan ke publik. Dalam peluncurannya mobil tersebut diklaim lebih bertenaga
sekaligus lebih efisien karena memiliki baterai sebesar 52 kilowatt per jam. Intinya dengan kecepatan 0-100 Km/h, mobil ini
mampu melahap lintasan hanya dengan waktu 2,8 detik. Dengan begitu para
pembalap tidak lagi harus mengganti mobilnya saat perlombaan berlangsung
seperti pada saat awal Formula E digelar.
Tak hanya sampai di situ, mobil
Formula E juga menyajikan teknologi dengan memiliki sistem pengereman regeneratif,
yaitu memanfaatkan energi genetik dari putaran roda untuk diubah menjadi energi
listrik yang akan di kembalikan ke baterai. Sistem ini bisa diatur manual oleh
pembalap melalui tuas yang ada pada bagian belakang kemudi.
Perbedaan Formula E
dan Formula 1
Bila kita membandingkan konsep
balapan Formula E dengan Formula 1, Formula E mempunyai konsep balap yang
berbeda dengan Formula 1. Formula E menganut konsep balapan sehari selesai
mulai dari dua kali free practice di pagi hari. Kemudian kualifikasi
dilakukan pada siang hari untuk
menentukan posisi start saat balapan. Format kualifikasi di Formula E cukup
unik karna keunikannya mampu menghasilkan grid balapan yang cukup acak,
balapan baru bergulir pada sore hari. Berbeda dengan Formula 1 yang membutuhkan
waktu 3 hari untuk menyelesaikan semua tahapannya, mulai dari latihan bebas,
kualifikasi, balapan, semua dilakukan di hari berbeda.
Jumlah putarannya pun berbeda
dengan Formula 1, Formula E berlangsung selama 45 menit plus 1 putaran, jadi
jumlah lap bisa tidak menentu tergantung situasi saat balapan. Di akhir balapan
Juara 1 akan mendapat 25 poin, Juara ke 2 18 poin, Juara ke 3 15 poin. Ada
tambahan 1 poin untuk pembalap yang bisa mencetak putaran tercepat.
Selain itu, Formula E juga menghadirkan
acara tambahan gimmick bagi penonton. Saat pertandingan, penonton akan
diajak untuk ikut serta dalam penentuan hasil lapangan melalui acara Fanboost.
Jadi pada saat perlombaan balap bergulir para penonton dapat melakukan voting
pembalap favorit mereka melalui aplikasi resmi Formula E atau
FIAFormulaE.com/Fanboost. Setelah perlombaan bergulir lima pembalap dengan voting
terbanyak akan mendapatkan tenaga maksimal 250 kwh selama 5 detik, yang dapat
diaktifkan pembalap setelah balapan berlangsung 22 menit.
Tidak hanya Fanboost, di
musim 2018/2019 penyelenggara Formula E menghadirkan teknologi Attack mode.
Attack mode merupakan mode tenaga tambahan di mobil Formula E, teknologi
Attack mode ini wajib digunakan oleh semua pembalap saat berjalannya balapan.
Sebelum para pembalap mengaktifkan Attack Mode mobil Formula E hanya
mempunyai tenaga 200kw. Sedangkan ketika Attack Mode diaktifkan
tenaganya dapat meningkat menjadi 235kw, Durasi penggunaan Attack Mode
berbeda di setiap balapan.
Walaupun berbeda dengan Formula
1 yang sudah sejak dahulu hadir, Formula E membawa semangat pembaruan bagi kita
semua. Kita tidak dapat mengelak kemajuan teknologi akan membawa kita menggunakan
kendaraan berbasis listrik yang diklaim lebih ramah lingkungan.
Senada dengan tujuan di
selenggarakannya ajang balap Formula E di Jakarta tahun ini. Harapan itu di
lontarkan oleh gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lewat akun Instagramnya.
“Hadirnya Formula E di Jakarta
sejalan dengan upaya Presiden Jokowi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia
pada energi konvensional, dan beralih pada energi ramah lingkungan. Kami ingin
Peralihan dari kendaraan pribadi dengan transportasi umum dan mempromosikan
penggunaan mobil listrik merupakan satu dari beberapa langkah yang akan
ditempuh,” tulis Anis pada Sabtu (16/09/2021).
Terakhir, Formula E hadir tidak
hanya sekedar untuk hiburan akan tetapi menjadi pengembangan teknologi mobil
listrik. Sama seperti Formula 1 yang digunakan
untuk mengembangkan teknologi-teknologi mobil yang sekarang kita pakai.
Tentu saja di masa depan teknologi-teknologi yang sekarang dipakai Formula E
akan kita rasakan di masa depan dengan mobil listrik yang akan kita pakai nantinya.
Sampai berjumpa di Formula E 2022 di Jakarta 4 Juni 2022.
Penulis: Maghreza Rifsanzani
Editor: Darryl Ramadhan
0 Komentar