Teater Syahid: Membangun Kesadaran Lingkungan Melalui Teater

 

Foto: Journo Liberta/Ahmad Dwiantoro

JOURNOLIBERTA.COM-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar pementasan teater dengan lakon “Dhemit” pada 17-19 Maret 2022. Pementasan tersebut dilakukan secara luring di Aula Student Center UIN Jakarta.

Lakon “Dhemit” diciptakan oleh seorang seniman, naskah ini menceritakan Bangsa Dhemit yang terancam karena kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia.

“Dhemit merupakan karya dari Heru Kesawa Murti seorang seniman dari Yogyakarta. Naskah ini bercerita tentang para Dhemit yang merasa terancam karena tempat tinggalnya dirusak oleh bangsa manusia,” ungkap Sutradara, Hana Nur Annisa kepada Wartawan Journo Liberta, Jumat (18/03/2022)

Mementaskan lakon “Dhemit”, Teater Syahid mengangkat masalah lingkungan yang terjadi di sekitar kita, seperti penebangan hutan dan perampasan lahan yang digunakan untuk kepentingan proyek pembangunan.

“Isu atau gagasan yang diangkat dalam naskah ini masih terjadi di sekitar kita sampai saat ini yaitu mengenai Penebangan Hutan juga perampasan lahan yang digunakan untuk kebutuhan proyek pembangunan. Jadi, isu tersebut masih hangat mengingat juga belakangan ini ada berita mengenai perampasan lahan di desa Wadas,” ungkap Hana.

Ia melanjutkan, alur cerita ini dimulai oleh seorang kontraktor yang bernama Rajegwesi dan konsultannya yang bernama Suli. Mereka berdua sedang merencanakan pembangunan proyek perumahan dan bendungan di suatu wilayah hutan. Permasalahan bermula ketika hutan itu tidak boleh ditebang oleh warga desa. Melihat tempat tinggal mereka terancam, para Dhemit memutuskan untuk menculik Suli dan berjanji akan mengembalikannya dengan syarat hutan mereka tidak ditebang. Dengan menggunakan penduduk desa sebagai perantara, Rajegwesi menyetujui perjanjian tersebut. Namun Rajegwesi melanggar janjinya, setelah Suli dikembalikan oleh Dhemit, ia justru meledakkan wilayah hutan tersebut dengan dinamit. Bagaikan senjata makan tuan, ledakan dinamit itu membuat tanah di wilayah hutan tersebut longsor sehingga Rajegwesi tenggelam di dalam longsor hutan tersebut.

Sebagai informasi tambahan, lakon “Dhemit” tadinya hanya diperankan oleh sepuluh pemain, namun mereka memutuskan untuk menambah jumlah pemain.

“Pemeran dalam naskah ini tadinya hanya 10 orang, tetapi kami memutuskan untuk menambah peran untuk menyesuaikan anggota yang akan terlibat menjadi 14 orang,” tambahnya.

Lebih lanjut, Abdul Sahri Wiji Asmoko yang berperan sebagai Rajegwesi, mengaku sangat senang sekali dapat berperan sebagai tokoh utama.

“Sangat senang sekali. Tokoh Rajeg ini bisa dikatakan tokoh utama karena point permasalahan ada pada dirinya,” ujarnya.

Dalam memerankan tokoh sebagai Rajegwesi, Abdul Sahri mengatakan berbagai kendala ia alami selama latihan, namun itu semua menjadi tantangan bagi dirinya dan ia berharap bisa lebih baik lagi ke depannya.

“Tentunya kendala itu pasti ada, baik secara personal ataupun teknis. Misalnya tentang warna dialog serta tempo yang tepat, ini menjadi tantangan besar bagi saya. Dari pementasan ini saya berharap bisa lebih baik lagi untuk ke depannya ya,” imbuhnya.

Untuk dapat memerankan tokoh sebagai Rajegwesi, Sahri mengatakan butuh waktu selama 3 bulan untuk dapat mendalami peran tersebut.

“Untuk mendalami peran biasanya dilakukan pencarian baik secara individu maupun bersama sutradara kemudian pendalaman karakter. Hal ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan,” Pungkas Abdul.


Penulis: Ahmad Dwiantoro

Editor: Gina Nurulfadhillah

Posting Komentar

0 Komentar