Namun nyatanya santri memiliki potensi yang lebih dari sekadar agamawan. Layaknya Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur yang juga membekali ilmu teknologi untuk para santrinya.
"Berotak London, berhati Masjidil Haram." Begitulah slogan yang dituturkan salah satu masyayikh Pondok Pesantren Darul Ulum, Alm. DR. KH. Musta'in Romly untuk mendobrak kejumudan para santri.
Slogan tersebut dibuktikan dengan kehadiran beragam institusi pendidikan yang menyediakan pelajaran tentang teknologi serta para santri yang berhasil meraih prestasi di bidang teknologi. Selain pelajaran agama, santri juga diajarkan beragam ilmu teknologi seperti pemograman, fotografi dan vidiografi, teknik komputer dan jaringan, jurnalisme hingga robotika.
Melihat hal itu, kini pemerintah mulai menyadari potensi besar dari para santri yang dapat berperan di bidang teknologi.
Laykanya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno yang menciptakan program Santri Digitalpreuner untuk memperkuat talenta-talenta dari kalangan santri dalam mengembangkan ekonomi digital. Program tersebut diharapkan dapat menggugah semangat 4,5 juta santri dari 28 ribu pondok pesantren yang tersebar di Indonesia.
"Santri harus masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital dan mengedepankan produk-produk kreatif. Santri harus kekinian dan banyak nanti konten-konten yang diberikan dalam konteks digital," ungkap Sandiaga.
Di sisi lain, Kementerian Ketenagakerjaan sejak tahun 2017 telah membangun 2.127 ribu Balai Latihan Kerja (BLK) untuk membantu para santri memiliki keterampilan yang mumpuni. BLK merupakan sebuah lembaga pelatihan vokasi yang didirikan di lembaga pendidikan keagamaan non pemerintah seperti pesantren.
Maka selain berdakwah, kemajuan teknologi dan informasi juga harus dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan diri para santri. Mengingat jenis pekerjaan di masa depan sangat berkaitan dengan teknologi dan informasi.
Foto & Naskah : Sulthony Hasanudin
Editor : Putri Nadhila
0 Komentar