BUYA HAMKA: Hikayat Sang Ulama Penjaja Buku

 

Cover: Amanda Syakira Maulida/JournoLiberta

Oleh: Siti Nurhaliza Safitri/JournoLiberta

JOURNOLIBERTA.COM - “Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja. Dia tidak mau sekedar bekerja”. 

Siapa yang tidak mengenal sosok Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih akrab dikenal sebagai Buya Hamka? Ia merupakan seorang ulama, penulis, wartawan, filsuf, pengajar sekaligus politikus.

Kegigihannya dalam membangkitkan semangat juang masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam agar selalu bergerak di jalan Allah, membuatnya dikenal sebagai tokoh yang memiliki peran besar dalam sejarah revolusi bangsa Indonesia. Selain itu, kepiawaiannya dalam dunia tulis, telah melahirkan banyak karya dengan berbagai genre mulai dari roman hingga tafsir al-Qur’an. 

Dalam novel ini, penulis mengawali kisah dimana Hamka terpaksa dijebloskan ke dalam sel penjara pada masa Orde Lama. Kemudian alur kisah berjalan mundur ke masa Hamka baru dilahirkan di kampung halamannya, Maninjau, Sumatera Barat, sebagai seorang anak dari pemuka agama besar di tanah Sumatera, Haji Rasul. Dengan latar belakang tersebut, Hamka yang memiliki nama kecil Malik ini, mau tidak mau harus meneruskan profesi yang diturunkan oleh ayahnya.

Akan tetapi, Malik justru lebih tertarik dengan dunia sastra. Tidak terhitung berapa jumlah buku yang telah dibacanya di usia belia, hingga kegemarannya ini melahirkan beragam ilmu di kepalanya dan terasah pula tangannya untuk menulis. Melihat hal ini, Haji Rasul sempat cemas jika anaknya tidak dapat meneruskan perjuangannya dalam berdakwah. 

Namun, Malik dapat membantah kecemasan ayahnya. Ia memutuskan untuk berdakwah dengan senjatanya sendiri, yakni tangan dan lisannya. Di usia yang masih seumur jagung, Malik memang sudah pandai bergulat di podium. Selain tulisannya, pidatonya pun tidak kalah memikat untuk didengar. Meski begitu, kecerdasan Malik masih dinilai dangkal oleh ayahnya sendiri. Hal itu membuat Malik bak orang kehausan ilmu sampai akhirnya ia pun memutuskan untuk menimba ilmu di tanah haram, yakni Makkah, Arab Saudi.

Tidak seperti rencananya, pengembaraan Malik ke tanah Makkah tidak membuatnya melahap banyak ilmu seperti yang diharapkannya. Hingga akhirnya, Malik pun melihat fakta tentang banyaknya jamaah haji dari Indonesia yang belum begitu memahami rukun haji. Hal itu membuat Malik tergerak untuk menyampaikan dakwahnya melalui edukasi yang ia berikan pada jamaah Indonesia mengenai ibadah haji.

Perjalanan dakwah Malik pun kemudian membawanya kembali ke tanah air. Atas saran Haji Agus Salim, Malik mulai mensyiarkan agama Islam di Indonesia. Begitu pun dengan ayahnya yang turut menyambut kedatangan Malik yang kembali ke tanah air. Lalu, Malik memutuskan menjuluki dirinya sebagai Hamka dan bergerak dalam bidang dakwah lisan maupun tulis.



Kelebihan Buku

Penulis menceritakan perjalanan hidup Buya Hamka seolah-olah ia telah akrab dengan sang tokoh utama. Gaya bahasa penulis yang ternyata bertetangga dengan Hamka membuat cerita semakin hidup. Pembaca tidak akan merasa kesulitan untuk memahami bahasa Minang yang penulis selipkan sebab terdapat pula terjemahannya. Penulis juga sangat pintar mengolah kata-kata sehingga pembaca dapat menikmati dan ikut terhanyut dalam perjalanan hidup seorang Buya Hamka dari lahir hingga akhir hayatnya. 

Permainan kata yang disajikan oleh penulis pada setiap judul bab sangat mencerminkan isi dari bab tersebut. Transisi penggunaan panggilan Malik menjadi Hamka merupakan salah satu kehebatan sang penulis dalam menyampaikan cerita. Kedua nama ini memiliki getaran berbeda walau sebenarnya nama tersebut dimiliki oleh tubuh yang sama.


Kekurangan Buku

Tidak banyak kekurangan yang dimiliki buku biografi setebal 375 halaman ini. Beberapa kesalahan dalam penulisan kata memang dapat ditemukan, namun tidak terlalu mengganggu dalam kegiatan membaca.  

Meski begitu, secara keseluruhan, novel yang ditulis oleh penulis best seller Ahmad Fuadi ini telah berhasil menampilkan kisah Buya Hamka dengan gayanya yang selalu menarik untuk dibaca. Kerunutan kisah serta beragam keunikan di dalamnya, buku ini layak dikonsumsi oleh segala rentang usia, baik muda atau tua melintasi berbagai generasi. Sebagaimana karya Buya Hamka yang tak lekang oleh waktu.


Identitas Film

Judul: Buya Hamka

Penulis: A. Fuadi

Penerbit: PT Falcon

Tahun Terbit: Cetakan ketiga, November 2022

Jenis Karangan: Novel Biografi

Jumlah Halaman: 375 halaman

ISBN: 9786026714732




Posting Komentar

0 Komentar