Revitalisasi Pasar Ciputat Sudah Rampung, Pedagang Enggan Jualan di Dalam Pasar


Sumber: Antara Foto

JOURNOLIBERTA.COM - Pemerintah Kota Tangerang Selatan, telah melakukan revitalisasi Pasar Ciputat pada bulan Maret 2022 lalu. Namun sayangnya, masih ada para pedagang yang memilih untuk berjualan di area luar pasar.


Kepala pengelola Pasar Ciputat, Saiful Bahri, memberikan tanggapannya terkait masih banyaknya pedagang yang berjualan di area luar pasar. Menurut pemantauannya, hal ini dikarenakan para pedagang sudah terbiasa berjualan di area luar pasar dan para pedagang merasa lebih bebas. 


“Saya melihatnya pedagang lebih memilih untuk berjualan di area luar pasar karena kebiasaan. Karena kan mungkin di jalan dia lebih bebas, bisa menggelar lapak jualan mereka semau-maunya mereka dan tidak tertata. Kalau di dalam pasarkan sudah terakomodir, ada zonasinya, ukuran tempat berjualan untuk tiap pedagang sama,” ujar Saiful, Kamis (30/3/2023).


Selain itu, Saiful juga mengatakan alasan lain terkait mengapa masih banyak pedagang yang tetap memilih untuk berjualan di area luar pasar. Berdasarkan penjelasannya, hal ini dikarenakan para pembeli jauh lebih mudah untuk melakukan transaksi belanja dengan pedagang yang berjualan di area luar pasar.


“Terus juga pembeli lebih mudah bertransaksi dengan para pedagang yang berjualan di area luar pasar karena di pinggir jalan, kalau di dalam pasar para pembeli harus parkir dulu baru bisa berbelanja,” lanjut Saiful.


Kendati demikian, adanya pedagang yang berjualan di luar area pasar itu menimbulkan dampak yang bisa mengganggu kenyamanan warga di sekitarnya. Mulai dari sulitnya keluar area pasar dan menyebabkan kemacetan di jalan. 


Seperti yang dialami salah satu pembeli di Pasar Ciputat, Indra yang merasa terganggu dengan adanya pedagang di area luar pasar. 


“Saya selaku pembeli sebenarnya merasa terganggu karena saya warga sini juga. Pedagang kaki lima banyak ya itu ganggu jadi menyebabkan macet bahkan kecelakaan,” keluh Indra, Kamis (30/3/23).


Dalam hal ini, Syaiful mengaku bahwa pihaknya sudah mengupayakan solusi yang terbaik untuk permasalahan ini. Pihak pengelola Pasar Ciputat itu juga sudah mendata para pedagang yang berjualan di area luar pasar untuk berikutnya dipindahkan ke dalam pasar sebagai wujud solusinya. 


“Sudah. Sebenarnya gini, sebelum terjadinya penggusuran pedagang, kami sudah melakukan pendataan kepada pedagang. Jumlah pedagang itukan kurang lebih yang kami data itu sekitar 260-an pedagang dan itu kita masukan ke dalam pasar,” tutur Saiful.


Meskipun sudah ada solusi yang diberikan kepada para pedagang, mahalnya harga lapak di dalam pasar itu tidak sebanding dengan pendapatan pedagang kaki lima. Hal inilah yang membuat mereka tetap memilih untuk berjualan di area luar pasar.  


“Di dalam pasar enggak laku jualannya karena dulu pernah (berjualan di dalam pasar) dan beberapa kali kan disuruh pindah ke dalam nggak laku (jualannya) tetep laku nya di jalanan. Udah gitu biaya sewa tempat jualan di dalam pasar mahal, nggak sesuai barang, kalau nggak laku bayar tempat mahal,” ungkap pedagang kaki lima, Ahmad Ardjun, Kamis (23/3/2023). 


Ironisnya, para pedagang yang berjualan di area luar pasar sering kali mendapatkan pungutan liar (pungli) seperti dari Organisasi Kemasyarakatan (ormas) atau preman-preman setempat. Biaya yang harus dikeluarkan oleh mereka untuk pungutan liar tersebut terbilang cukup besar, yakni kisaran 300 ribu sampai lebih dari 1 juta rupiah.


"Kita ini bisa dibilang liar, tapi pungutannya banyak seperti dari ormas, dari preman-preman.  Pembayaran yang harus disetorkan ke ormas tuh tiga ratus ribu sampai ada yang satu juta lebih tergantung dari panjang los dagangan kita, " ungkap Ahmad.


Sayangnya, dengan uang pungutan sebesar itu para pedagang mengaku tidak pernah mendapatkan perlindungan apapun dari ormas atau preman setempat pada saat dagangan mereka digusur oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). 


"Tapi, mereka juga nggak bertanggung jawab ketika kami digusur. Jadi, kalau kita digusur mereka (ormas) diam dan kalau kita udah mulai berjualan mereka meminta uang lagi." keluh Ahmad.



Penulis: Oktaviani Rizki Handayani

Reporter : Oktaviani Rizki Handayani & Aisyah Ichsani Maulida

Editor: Nurma Nafisa


Posting Komentar

0 Komentar