JOURNOLIBERTA.COM
- Toko buku fisik kian hari kian meredup. Banyak ditemukan toko buku offline yang terpaksa menutup seluruh gerainya. Turunnya penjualan buku fisik dari tahun ke tahun diduga menjadi penyebab fenomena tersebut.
Dilansir dari Republika.co.id, sebuah survei menyatakan penjualan buku global turun dari 82,83 miliar dolar AS menjadi 78,07 miliar dolar AS dalam enam tahun. Penjualan buku global diprediksi baru akan mencapai 82,7 miliar dolar AS pada tahun 2027. Perkiraan ini memprediksi rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 1,48 persen.
Begitu juga menurut laporan Wordsrated yang menyatakan bahwa pendapatan dari perdagangan buku global tengah mencapai titik terendahnya selama lima tahun terakhir, bahkan turun dari tahun 2020 yang terimbas pandemi.
Berdasarkan proyeksi tersebut, diperkirakan buku cetak masih akan mendominasi pasar buku global dalam beberapa tahun ke depan, meskipun trennya akan semakin menurun. Namun, kedatangan eBook akibat kemajuan teknologi juga diprediksi dapat menggantikan pamor buku fisik. Melansir dari data Association of American Publishers, penjualan ebook Januari tahun ini meningkat 3,7% dibanding Januari tahun sebelumnya dengan total 85 juta dolar AS.
Kepala Bidang Pengembangan Koleksi dan Bahan Pustaka Perpusnas, Ahmad Masykuri, juga menyatakan sebanyak 50 ribu pengguna mengantre buku di aplikasi iPusnas dari 81 ribu pengguna aktif. Ini menunjukkan tingginya permintaan masyarakat atas bahan bacaan.
Di samping itu, penjualan buku melalui platform online dapat dikatakan menjadi sebab maraknya toko buku fisik gulung tikar. Mengutip dari mix.co.id, Andri Agus Fabianto, CEO Loveable Group mengaku bahwa penjualan buku offline secara nasional pada awal pandemi dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) turun hingga 80%. Sedangkan penjualan online justru tumbuh pesat hingga 13%. Loveable Group menjadi salah satu penerbit buku yang mengalami kenaikan penjualan di kanal online selama pandemi.
Lebih lanjut, Andri juga menyatakan fenomena lain yang menjadi benang merah tutupnya beberapa toko buku fisik adalah perubahan pola perilaku konsumen. Menurutnya konsumen, khususnya remaja, selalu menginginkan sesuatu secara instan. Mereka ingin menjadi orang pertama yang mendapat produk terbaru.
Andri menambahkan, fenomena tersebut pun mendorong banyaknya penerbit hingga penulis buku yang mengalihkan strategi marketing mereka dari B2B (Business to Business) menjadi B2C (Business to Consumer). Jika semua penerbit buku mengalihkan strategi marketing mereka dan menjual langsung produk ke konsumen, dapat diprediksi toko buku yang tidak memiliki perusahaan penerbit buku sendiri akan kalah saing dan mengalami kerugian.
Penulis: Siti Nurhaliza Safitri
Editor: Putri Nadhila, Shinta Fitrotun Nihayah
0 Komentar