Operation Varsity Blues: Skandal Suap Universitas di Amerika Serikat

 
Sumber: GettyImages/Netflix

JOURNOLIBERTA.COM - Diterima di perguruan tinggi yang bergengsi merupakan harapan terbesar dari siswa masa kini. Pasalnya, dalam era globalisasi saat ini media sosial memiliki peran penting, yang mana beragam konten dibuat dengan harapan menginspirasi banyak orang. Salah satunya konten siswa bersama orang tuanya yang memperlihatkan pengumuman penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dari media sosial Tiktok.


Namun belakangan ini, Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang menjadi salah satu jalur masuk perguruan tinggi kian bermunculan kasus joki SNBT untuk bisa memuluskan langkah calon mahasiswa baru di perguruan tinggi idamannya. Kasus terhangat dari praktik perjokian agar bisa diterima di PTN kembali terjadi di Universitas Sumatera Utara (USU) pada tes SNBT 2023 lalu.


Akan tetapi, praktik perjokian dan penyuapan agar bisa diterima di perguruan tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Amerika Serikat pada 2019 juga sempat dihebohkan dengan skandal penerimaan mahasiswa baru, yang dalam perkembangannya melibatkan lebih dari 30 selebriti, public figure, dan pengusaha ternama di Amerika. Skandal ini pun diceritakan ulang melalui film dokumenter oleh Chris Smith dengan judul “Operation Varsity Blues: The College Admissions Scandal”.


Kasus ini berpusat pada satu orang yang menjadi mastermind di balik skandal tersebut: William "Rick" Singer. Ia merupakan seseorang yang dikenal sebagai college counselor, suatu profesi yang populer di Amerika. Rick Singer digambarkan sebagai orang yang tidak terlalu hangat, cukup serius, dan goal-oriented.


Namun, Rick merupakan orang yang dituju dalam mempersiapkan proses admisi universitas, mengingat lengkapnya informasi yang Rick miliki dan berikan. Dalam menjalankan karirnya pun, Rick dikenal sebagai college counselor yang sedikit melebih-lebihkan dan memoles berkas aplikasi yang diserahkan oleh klien-kliennya.


Terdapat alasan mengapa bisnis seperti college counselor dan cara-cara kotor seperti ini marak terjadi di Amerika, yakni bahwa pendidikan tinggi bukan hanya sekadar kewajiban belaka. Pendidikan tinggi dianggap sebagai status dan komoditas sosial. Kenyataan ini semakin buruk dengan adanya ekspektasi orang tua terhadap anak akan suatu lembaga universitas tertentu, yang didapat melalui ranking universitas di Amerika. 


Meskipun demikian, Rick Singer yang pernah berkecimpung di dunia olahraga ini mampu mengembangkan side door, yang menggabungkan the best of both worlds: terdapat jaminan bahwa calon mahasiswa pasti akan diterima, namun dengan biaya yang tidak sebesar back door. Salah satu side door yang digunakan Rick adalah dengan merekayasa calon pendaftar sehingga seolah-olah mereka adalah atlet olahraga tertentu.


Selain melalui jalur penerimaan atlet, Rick Singer juga membantu calon mahasiswa melalui jalur tes SAT dan ACT, yang disertakan sebagai syarat pendaftaran di berbagai universitas di Amerika. Cara yang dilakukan Rick cukup mudah, yakni dengan membuat seolah-olah calon mahasiswa yang menjadi klien Rick merupakan peserta tes dengan kebutuhan khusus.  


Dengan demikian, peserta tes yang bersangkutan akan mendapat keringanan dan waktu tambahan dalam mengerjakan ujian. Setelah tes dikerjakan oleh peserta pada lembaran terpisah, proktor ujian akan mengoreksi jawaban dari peserta untuk mendapat hasil yang diinginkan.


Tercatat tidak kurang dari 30 selebriti dan eksekutif kaya di Amerika menggunakan jasa Rick Singer. Salah satu yang paling terkenal adalah Olivia Jade, yang merupakan selebritas terkenal di Amerika dan merupakan anak dari Lori Loughlin, seorang aktris, dan Mossimo Giannulli, seorang desainer pakaian. Dari hasil pengusutan tersebut, setidaknya 50 orang terbukti bersalah dan tergabung dalam skema Rick. Para pelanggannya dijatuhi berbagai hukuman, mulai dari beberapa hari hingga 6 bulan penjara.


Menariknya, film Operation Varsity Blues: The College Admission Scandal ini menyajikan film dokumenter yang unik dan berbeda dengan dokumenter lainnya. Seperti dilengkapi unsur drama, dan kemudian diangat dari rekaman sedapan telepon yang dipublikasikan oleh FBI. Adanya unsur drama tersebut memudahkan penonton memahami alurnya. Mengingat bahwa film ini dipublikasikan secara global, sehingga penonton paham terhadap proses admisi di Amerika Serikat.


Tak hanya itu, film karya Chris Smith ini dinilai cukup baik dan menyeluruh. Karyanya dalam dunia film dokumenter sangatlah familier. Selain itu, film ini juga menggarisbawahi secara jelas aspek-aspek yang melandasi berkembangnya skema Rick Singer, mengingat hal tersebut sangat penting terutama bagi penonton di luar Amerika.


Namun, terdapat kekuarangan dalam film dokumenter ini yaitu tempo perpindahan antara satu topik dan topik lain yang dirasa terlalu mendadak. Film yang membagi dua topik di antara dua bahasan ini kadangkala tidak memiliki korelasi yang jelas di mata penonton, sehingga diperlukan proses berpikir yang cukup panjang di antara kedua topik.


Meski begitu, film ini tetap layak menjadi tontonan serius untuk mengisi waktu luang. Pembawaannya yang berisi dan menyeluruh dapat menghadirkan pandangan baru terkait dengan bagaimana proses penerimaan mahasiswa baru di suatu universitas, dan pelajaran penting yang dapat dipetik dari kasus tersebut.


Penulis: Rifqi Raihan Firdaus

Editor: Putri Nadhila

Posting Komentar

0 Komentar