Polemik Wisuda Bukan Sarjana, Menghargai Prestasi Tanpa Ekstensifikasi

 
Sumber: thegorlbalsla.com

JOURNOLIBERTA.COM - Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan beredarnya berita mengenai aksi para orang tua yang mendatangi akun Instagram Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenbudristek), Nadiem Makarim. Mereka menuntut agara acara wisuda dari tingkat TK hingga SMA segera dihapuskan.


"Tolong Pak Nadiem sekarang dihapuskan acara wisuda dari TK-SMA karena hanya memberatkan biaya para orang tua. Wisuda hanya untuk lulusan universitas aja bukan dari TK," tulis salah satu warganet.


Tuntutan ini menjadi viral dan memicu perdebatan di kalangan warganet. Ada sebagian warganet yang mendukung pandangan tersebut, sementara ada pula yang berpendapat bahwa acara wisuda TK hingga SMA adalah hal yang wajar dan bermanfaat.


Kendati demikian, tak sedikit orang tua yang mengeluhkan biaya yang tinggi untuk acara wisuda TK hingga SMA. Mereka merasa bahwa biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Selain itu, beberapa orang tua juga menyatakan bahwa wisuda seharusnya hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi.


Menanggapi hal tersebut, Guru SD Islam Manaratul Ulum Depi Nurdiyani menyatakan, tidak setuju apabila wisuda jenjang TK, SD, SMP, dan SMA dihapus. Ia menilai wisuda menjadi perayaan yang penting untuk menghormati pencapaian siswa dan menghadirkan momen berharga bagi mereka dan keluarga. 


“Menurut saya, wisuda adalah momen yang mempromosikan semangat kebersamaan dan memberikan rasa bangga pada siswa atas capaian mereka dalam pendidikan,” ungkap Depi via WhatsApp, Jumat (7/7/2023).


Tak hanya itu, menurut Depi, acara wisuda dapat memberikan motivasi tambahan bagi siswa untuk tetap berkomitmen dalam belajar dan mencapai tujuan akademik mereka. 


“Wisuda TK-SMA juga dapat menjadi momen penting di mana siswa merayakan penyelesaian satu tahap pendidikan dan memasuki tahap yang baru,” katanya. 


Lebih lanjut, Depi mengatakan, wisuda TK-SMA itu berbeda dengan wisuda jenjang universitas. Menurutnya, wisuda di perguruan tinggi menandakan pencapaian akademik yang lebih tinggi setelah menyelesaikan program sarjana. Tetapi, masa sekolah hanya bentuk perayaan dan pengakuan atas penyelesaian tahap pendidikan awal saja. 


“Wisuda di TK-SMA merupakan bentuk akan perayaan dan pengakuan atas penyelesaian tahap pendidikan awal anak dan menghadirkan momen berharga bersama keluarga dan teman sebaya. Sedangkan, wisuda di perguruan tinggi menandakan pencapaian akademik yang lebih tinggi setelah menyelesaikan program sarjana atau tingkat yang lebih tinggi,” jelas Depi. 


Namun, lain halnya dengan wali murid TK Kemala Bhayangkari, Rosalina, yang mengungkapkan bahwa Ia setuju jika wisuda TK-SMA dihapuskan karena banyak orang tua yang merasa wisuda menjadi beban finansial.


“Saya sih setuju-setuju saja, karena banyak wali murid lain juga mengeluh kalau biaya dari acara wisuda tersebut memberatkan dan berlebihan,” tutur Rosa,  Jumat (7/7/2023).


Kendati demikian, menurut Rosa, wisuda TK-SMA menjadi salah satu momen bersejarah dalam kehidupan anak mereka, tetapi tetap prihatin dengan biaya yang terlalu tinggi dan memberatkan bagi wali murid. 


Rosalina menilai wisuda TK-SMA pun bisa memengaruhi motivasi dan semangat belajar pada anak tergantung dengan cara pendekatan yang dilakukan pihak sekolah. Jika acara wisuda diimbangkan dengan memberikan penghargaan dan berbagi pengalaman, maka bisa menimbulkan dorongan positif pada motivasi belajar anak


“Namun, jika acara tersebut hanya terfokus pada penampilan visual dan seremonial semata tanpa memberikan apresiasi yang seimbang terhadap pencapaian akademik, itu mungkin tidak memberikan dorongan yang positif bagi minat belajar anak,” ungkapnya. 


Sehubungan dengan itu, Rosa mengatakan, pihak sekolah seharusnya memberikan alternatif lain yang tidak memberatkan finansial untuk menggantikan wisuda jenjang TK-SMA. Lembaga sekolah harus memungkinkan setiap anak mendapatkan pengakuan atas pencapaian mereka dengan cara yang lebih intim dan berfokus pada penghargaan akademik dan perkembangan pribadi.


“Mungkin bisa diganti dengan acara pelepasan sekolah, dalam acara ini, guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap anak berdasarkan prestasi akademik, sikap positif, kemajuan pribadi, atau kontribusi lain yang luar biasa,” pungkasnya.


Penulis: Titania Isnaenin A

Editor: Nurma Nafisa



Posting Komentar

0 Komentar