Semangat Pemuda Merawat Tradisi Melalui Komunitas Nelayan Cilincing

Sumber: Dok. Nelayan Cilincing

JOURNOLIBERTA.COM - Semangat pemuda Cilincing dalam melestarikan budaya lokal di wilayah pesisir laut melahirkan Komunitas Nelayan Cilincing atau disebut sebagai “Kunci”. Berangkat dari keresahan masyarakat akan banyaknya anak muda sekitar yang terjerumus dalam kebiasaan tawuran dan perilaku negatif lainnya, masyarakat pun mengajak anak muda untuk mengembangkan kegiatan yang lebih positif dan kreatif seperti pelestarian budaya melalui Kunci.

Didirikan pada 3 Juli 2022 yang bertepatan dengan peringatan kebudayaan di Kampung Nelayan, Kunci telah berhasil meraih legalitas yang memberikan fondasi kuat bagi perjalanan mereka dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. 

Ketua Komunitas Nelayan Cilincing Edi menyatakan, dibentuknya Kunci ialah tidak lain untuk menjadi wadah generasi muda agar dapat meneruskan tradisi kebudayaan sedekah laut, atau dikenal sebagai Nadran. 

Edi menjelaskan bahwa Nadran merupakan kepercayaan yang dipegang oleh para nelayan yang berasal dari Pantai Utara di Jawa dengan keyakinan bahwa hasil yang didapat keberkahannya akan dikembalikan lagi ke laut. 

“Sama seperti para petani yang sedekah bumi sebagai rasa syukur mereka dengan selamatan atau makan bersama. Sedekah laut juga melakukan hal serupa, namun perbedaannya itu kalau di Cilincing terdapat wayang, larung sajinya, kepala kerbau, serta isi-isian dalaman perahu,” ujar Edi saat diwawancarai di Kampung Nelayan, Jakarta Utara, pada Rabu (28/7).

Wakil Ketua Kunci, Wahyu menyatakan bahwa tradisi Nadran dilakukan dengan pemotongan kerbau yang di mana dagingnya dibagikan kepada masyarakat. Sementara bagian kepala, tulang, kulit, dalaman daging, dan darahnya digunakan sebagai sesaji utama yang nantinya akan dilepas ke laut bersama dengan sesaji lainnya. 

Kemudian pada malam harinya, diadakan pagelaran wayang sebagai bagian dari melepas sesaji ke laut. Esok paginya, perahu-perahu mengiringi larung saji yang dibawa ke tengah laut serta miniatur sesajinya dilepas ke laut sebagai tanda penghormatan. Perayaan ditutup dengan pagelaran musik malam hari.

Lebih lanjut, Edi menyatakan, dengan melalui Kunci, generasi muda didorong untuk memiliki tekad kuat dalam meneruskan tongkat estafet tradisi Nadran agar tetap lestari sebagai suatu kearifan lokal pesisir Cilincing.

Sebelumnya, Edi menambahkan, pada tahun 2022 tradisi Nadran yang telah mencapai peringatan ke-20 dirayakan dengan rangkaian acara yang berlangsung selama empat hari berturut-turut di Cilincing. Tradisi ini diperkenalkan pertama kali oleh almarhum ayah Edi dari Indramayu ke Jakarta pada tahun 2000. Sejak saat itu, tradisi Nadran rutin dilaksanakan setiap tahunnya hingga akhirnya vakum selama dua tahun saat pandemi covid-19.

Selain itu, Wakil Ketua Komunitas Nelayan Cilincing, Wahyu menyatakan, perayaan Nadran tahun kemarin juga dilakukan dengan menampilkan acara musik dan perlombaan games online serta acara maulid Nabi. Hal itu agar menarik minat generasi muda untuk turut merayakan Nadran sehingga tradisi Nadran dapat terus dilestarikan oleh generasi muda.

Wahyu menambahkan, perayaan tradisi Nadran yang dilakukan dengan diiringi rangkaian acara lain tersebut nyatanya menuai berbagai tantangan dari para generasi tua. Hal itu karena tradisi tersebut merupakan suatu tradisi yang sakral.

“Tantangan yang kami hadapi adalah kepercayaan orangtua, dikarenakan acara ini terbilang sakral sehingga banyak faktor yang harus dipenuhi. Lalu, kita berdua mengambil sudut pandang kearifan kebudayaannya saja,” lanjut Wahyu ketika diwawancarai di Kampung Nelayan, Jakarta Utara, pada Rabu (28/7).

Selain itu, Wahyu juga menyatakan keterbatasan dana anggaran dalam penyelenggaraan acara tradisi Nadran juga menjadi tantangan lain bagi Kunci. 

Lebih lanjut, Edi berharap, perusahaan besar atau investor yang beroperasi di Cilincing dapat berminat untuk mengolah ikan secara langsung dari para nelayan Cilincing sehingga nelayan dapat menjadi lebih sejahtera.

Senada dengan Edi, Wahyu juga berharap agar Kunci dapat menjadi wadah bagi para nelayan dan masyarakat sekitar untuk menyampaikan aspirasi mereka. Kemudian aspirasi tersebut diharapkan dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait, seperti pejabat publik atau akademisi yang memiliki pengaruh terhadap kondisi nelayan di wilayah tersebut.

“Saya berharap Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pihak-pihak terkait lainnya, dapat peduli dan perhatian kepada para nelayan yang tinggal di wilayah pesisir, makmurkanlah nelayan kita. Karena Indonesia itu Negara Maritim yang sebagian besar wilayahnya adalah kelautan. Tengoklah kami yang ada di pesisir ini!” tegas Wahyu.


Reporter: Tasya Nurhaliza Putri

Editor: Shinta Fitrotun Nihayah


Posting Komentar

0 Komentar